Selasa, 19 April 2011

~* Panduan Memilih Jodoh *~



Mencari pasangan hidup bukanlah hal yang mudah. Pasangan hidup maknanya pasangan untuk hidup bersama, bukan sekejap. Jika umur panjang mungkin bersama sehingga 50 tahun. Bangun bersama, makan bersama, berbincang bersama, tidur bersama. Memiliki anak, berbagi rumah, berbagi rasa, berbagi kasih.
Maka, mencari pasangan hidup ini memang perkara serius. Serius. Sangat serius.

Jangan hanya karena si dia memikat anda, maka anda terus terpesona dan bersetuju. Jangan semata si dia manis atau glamour, maka anda terus mengambilnya.
Pikir betul-betul. Sholat istikharah dan perbanyaklah berdoa. Selagi belum tenang jiwa, tunggu dulu. Usah terburu-buru. Mencari jodoh, perlukan panduan. Perlu ada sandaran ilmu dan petunjuk.
Selagi mana tidak tepat, selagi itulah jalannya tersasar ke sana sini. Kehidupan yang tidak ditentukan arahnya, adalah kehidupan yang tidak tentu arah.

Apa Tujuan Berumahtangga?
"Begin with the end in mind", adalah slogan kita untuk menepatkan tujuan kehidupan dan segenap peringkat perjalanannya.
Soal menentukan tujuan yang tepat, tidaklah begitu susah.

Menikah karena harta?
Harta bukan sumber bahagia.
Donald Trumph yang kaya raya itu pun pernah mengeluh dalam temu wicaranya bersama John C. Maxwell, "aku melihat banyak orang yang lebih gembira hidupnya dari hidupku. Padahal menurutku mereka itulah orang yang berjaya. Tetapi semua orang mau menjadi aku"
Jadi,,Harta bukan tujuan atau pertimbangan utama dalam menentukan pemilihan pasangan.

Menikah karena keturunan?
Keturunan bukan jaminan sumber bahagia.
Syarifah hanya boleh berkahwin dengan Syed? Puteri hanya layak untuk Megat?
Atau pantang keturunan berkahwin dengan ahli musik seperti kata Mak Dara?

Soal keturunan bukan penentu mutlak kerana setiap manusia lahir dengan fitrah yang satu dan murni, lantas setiap mukallaf dan mukallafah mampu kembali kepada kemurnian itu, biar pun lahir ke dunia tanpa bapak yang sah sekali pun.
Maka,,Keturunan bukan tujuan atau pertimbangan utama dalam menentukan pemilihan pasangan.

Menikah karena kecantikan?
Ahh, yang ini rumit barangkali.
Cinta itu dari mata turun ke hati. Maka mata pemutus pertama. Jika berkenan di mata, mudahlah mata memujuk hati.
Tetapi sempai kapan kecantikan menyenangkan kehidupan?

Kecantikan, biar secantik apapun, akan pudar dengan perjalanan masa. Kecantikan, biar secantik mana sekali pun, tak banyak berarti lagi karena naluri manusia yang mudah kalah dengan alasan JEMU.

Mau berkahwin sementara karena masih cantik, dan buang selepas tak cantik lagi...dan bukankah kecantikan atau ketampanan itu akan dimamah usia?

Sebab itu, Cantik bukan sumber bahagia, ia bukan tujuan atau pertimbangan utama dalam menentukan pemilihan pasangan.

"Maka pilihlah yang memiliki agama... niscaya sejahtera hidupmu", pesan Nabi SAW.
Benar sekali, pilihlah yang beragama.


Penyakit "Tidak Jelas"
Setelah begitu tepat sekali kita menolak harta, keturunan dan rupa paras sebagai sebab untuk memilih pasangan, tibalah kita kepada masalah paling besar menguruskan pikiran tentang perkahwinan, yaitu penyakit "tidak jelas", apabila tiba kepada soal beragama.

Apakah yang memiliki agama itu mesti seorang yang ustadzah atau ustadz?
Maka berkahwin dengan golongan ini, jaminan bahagia. Benarkah begitu?

Di sinilah penting untuk kita bedakan golongan yang TAHU agama, MAU beragama dan MAMPU dalam beragama.

Soal mendapatkan ilmu sebagai jalan beragama, adalah prinsip besar di dalam Islam. Lihat saja langkah pertama proses wahyu, ia bermula dengan perintah BACA sebagai wasilah menggarap pengetahuan.

Tetapi apakah TAHU itu merupakah maksud kita beragama dengan agama Islam ini?
Sejauh mana grade 'A' yang digarap dalam subjek "PengeTAHUan Agama Islam" menjadi bekal dan perisai generasi Muslim dalam beragama?

"Yang memiliki agama" itu lebih luas dari sekadar hanya tahu agama. Ia adalah soal MAU yang menjadikan pengetahuan agama itu dihayati, dan MAMPU dalam arti dia senantiasa bermujahadah untuk memperbaiki diri.

Maka janganlah disempitkan maksud mencari yang beragama itu hanya pada mereka yang berlabelkan " TAHU agama" tetapi apa yang lebih penting adalah mereka yang MAU beragama dan terbukti pada perbuatan hariannya dia senantiasa berusaha menuju MAMPU beragama.

Dia mungkin seorang ustadz atau ustadzah.
Dia juga mungkin seorang biasa.
Dia mungkin bertudung labuh.
Dia juga mungkin belum bertudung tetapi senantiasa mencari jalan untuk menuju kesempurnaan kebaikan.
Dia seorang yang membuka dirinya untuk dibimbing dan diajar. Seorang yang 'teachable".

Hanya 'Beragama'?
Ada pula yang menyangka bahwa kebahagiaan rumahtangga itu terletak pada beragamanya pasangan kita. Soal harta, keturunan dan rupa paras tidak punya sebarang makna.

Maka jadilah seorang perempuan itu fasih lidahnya tentang agama dan rapi pakaiannya sebagai isyarat dia beragama, tetapi dia tidak mengetahui nilai harta. Dia boros dan tidak bijak menguruskan harta rumah tangganya.

Dia nampak elok beragama, malah mungkin seorang pejuang agama, tetapi dia tidak peduli nilai keturunan dan kekeluargaan. Dia tidak menghargai keluarganya sendiri, tidak menghargai keluarga suami atau juga keluarga isteri.
Padanya, soal keluarga dan keturunan bukan urusan agama.

Dia bijak dalam memperkatakan tentang agama, tetapi dia menjadikan alasan agama untuk tidak peduli kepada penampilan diri. Pakaiannya tak terurus atas nama agama, kulitnya tidak dijaga bersih, beralasankan agama.

Jika perempuan, dia tidak peduli untuk mewangikan diri atau bersolek mengemas diri, karena padanya itu semua bukan kehendak agama, dan si suami pun menikahinya bukan karena itu. Saban hari mukanya bertepek dengan bedak dingin dan tubuhnya bersarung baju kelawar. Hambar..

Jika lelaki, dia biarkan dirinya tak terurus dan senantiasa berkemban di dalam kain pelekat dan baju pagoda, membiarkan bau peluh jantannya tidak berbasuh, kerana semua itu tiada kena mengena dengan agama.

Jadilah agama, sebagai alasan untuk sebuah rumah tangga itu menjadi rumah tangga yang  terabaikan, terburuk dan tercemar... atas nama berkahwin karena beragama.


Semoga bukan seperti itu pemahaman menikah dengan alasan agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar