Jumat, 08 April 2011

~* Kisah Nyata Sarat Hikmah " Teruntuk Akhwat Aktifis Dakwah *~

Bismillahirrohmaanirrohiim ..

Teruntuk akhwat para pejuang dakwah, di bawah ini ada kisah nyata yang bisa kita ambil hikmahnya sebagai cerminan kelak saat berkeluarga ataupun yang sekarang sudah berkeluarga.

Selamat membaca ^_^d



Dari slamet di Kota Sigibiomaru Kab Sigi Sul-Teng

Assalamu ‘alaikum wr. Wb

Pendengar nurani yang baik

Ini adalah sekelumit kisahku, yang dengan ini semua aku sangat berharap dapat menggugah hati-hati kita yang hingga hari ini tak mampu membagi waktu dengan baik, sehingga banyak hal yang kita abaikan yang konsekuensinya besar akibat dari ketidak mampuan kita memanaj waktu kita, aku adalah seorang suami dari seorang istri yg bernama Salma, kami menikah 5 tahun silam, tepatnya pada tahun 2005..

Pernikahan kami seperti pada umumnya melalui proses yang syar’i sebagaimana anjuran islam, karena alhamdulillah kami berdua terlahir dari sebuah organisasi islam yang terkenal sangat eksis dengan dakwahnya, meskipun secara dzohirnya keterlibatanku dalam dakwah ini belum seberapa. Dalam keseharianku, aku menjalani rutinitas sebagai seorang pedagang kecil-kecilan, namun Alhamdulillah usaha itu sudah sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan keluargaku dan sedikitnya dapat memberi kontribusi pada dakwah dinullah.., sementara istriku “salma”, beliau dikenal sebagai aktifis tulen yang sejak masa gadisnya dia persembahkan hidupnya untuk dakwah ini, salma dalam tataran organisasi adalah seorang pengurus aktif organisasi sehingga seperti aktifis pada umumnya banyak kegiatan yg beliau ikuti, mulai dari mengisi liqo’, mengajar, dll yang seolah bila kita menyaksikannya mungkin kita akan merasa “mampukah aku seperti dia?, subhanallah”, seolah memiliki seribu nyawa yg tak pernah kenal letih mengusung dakwah ini.  Bahkan banyak orang yg bangga pada kegigihan beliau. Itulah sosok istriku dimasa gadisnya

Semula aku mengira bahwa padatnya aktifitas salma akan berkurang setelah menikah denganku, apalagi setelah 3 pekan pasca walimah kami Alhamdulillah salma dinyatakan oleh dokter positif hamil, meskipun sebagai suami aku memberikan kebebasan sepenuhnya pada istriku untuk berkreasi apalagi untuk urusan ummat, Demi Allah aku selalu mendukungnya, bahkan tak jarang aku turut membiayai gerak langkahnya dalam dakwah bilkhusus pada kegiatan2 positif yg bersumber dari ide2nya. hidup sebagai sepasang suami – istri dengan kesibukan yg padat begitu sangat kami nikmati, volume berjumpa dan berkomunikasi antara kamipun terjadi hanya bisa dihitung dengan jari, yaitu hanya pada pagi sebelum berangkat ketempat kerja masing2, kemudian menjemputnya lagii untuk selanjutnya mengantarnya ketempat yg lain dengan agenda yg lain dan begitu seterusnya hingga kujemput malam hari lagi setelah tuntas segala rutinitasnya, kami menikmati semua itu, hingga akhirnya ketika memasuki 3 bulan pasca penikahan kami. 

Waktu jualah  yg mengantarkan aku pada sebuah kenyataan, bahwa sebenarnya aku merindukan kebersamaan dengan istriku,  makan bersamanya, ngobrol bersamanya dan menjalani kehidupan normal dimana meskipun ditengah kesibukkan yg padat tetapi masing2 masih dapat menyisihkan waktu untuk menjalani kebersamaan itu , walau hanya sebatas makan siang atau apa saja, dan untuk mewujudkan semua itu, aku mulai mengurangi aktifitas bisnisku dan mengamanahkan kepada orang lain yg tentunya orang kepercayaanku untuk mengelola bisnis kecil2an itu, dengan harapan agar salma juga dapat sedikit saja mengurangi aktifitasnya dan menyisihkan waktu untukku, tetapi kenyataan itu tak kunjung dating, diberbagai situasi khususnya pada saat ada waktu luang untuk bersamanya, aku selalu mengangkat masalah ini dengan gaya bahasa mesra dan romantis, hmmmm (sambil menarik nafas) tapi salma ternyata selalu punya alasan untuk berkilah yg membuat aku akhirnya hanya bisa terpaku dalam diam, alasan2 yg cukup kuat dan masuk akal, yg isinya kurang lebih mengandung nilai2 motofasi untuk selalu giat berdakwah dan berjuang untuk agama ini, tapi meski demikian aku selalu tak bosan2nya untuk mengingatkan dia akan keinginaku tersebut. Jujur tidak ada sedikitpun niatku untuk membatasi ruang lingkup salam dalam dakwah ini, aku bahkan bangga padanya karena memiliki ghirah yg besar untuk perjuangan ini.., tapi salahkah juga aku bila sebagai suami  menginginkan sedikit waktu darinya untuk sekedar berbagi atau makan siang sekali aja.., sebab menanti waktu datangnya malampun salma sepertinya tak maksimal memberi waktu untukku, dan aku tak dapat memprotes hal itu sebab memang jelas Nampak keletihan diwajahnya bila sudah kembali kerumah pada malam hari, aku bahkan kadang merasa kasihan melihat istriku selalu pulang dalam keadaan letih, selain dirinya aku juga menghawatirkan janin yg ada dalam kandungannya yg baru memasuki usia 3 bulanan, janin yg kelahirnya sangat kami harapkan.

Jujur kadang aku merasa sedih sendiri bila menyadari kenyataan ini, bahkan aku merasa bahwa “Apakah perasaanku ini akibat dari tidak adanya kesibukanku dalam dakwah ini sehingga aku tidak bisa merasai apa yg istriku rasakan..?”, Ya Allah ampuni aku bila sikapku ini berlebihan, aku hanya ingin merasai manisnya diperhatikan oleh istri tercinta, saat dimana sarapan pagi, siang dan malamku disiapkan, ketika aku membutuhkannya dia selau ada, tapi apa yg aku rasakan saat ini, setiap hari semenjak 2 pekan setelah menikah dan dia kembali terjun dalam aktifitasnya, kebiasaan2 itu tak pernah lagi aku rasakan, dimana sarapan pagiku harus kusiapkan sendiri bahkan kadang terpaksa sarapan pagi diluar sehabis mengantarnya ketempat aktifitasnya, begitu juga dengan makan siang dan malamku, aku sebetulnya berusaha untuk tidak memprotes akan semua ini, tapi hatiku merasa sangat hambar sekali, aku merasa seolah belum menikah dengan siapapun, aku juga merasa sepertinya aku tidak beristri, dan paling parah yg aku rasakan sepertinya aku hanyalah tukang ojek yg selalu siap siaga mengantarnya kemana saja yg dia mau, Oh..apakah ini sudah meruakan keluhan dan protes..?, ampuni aku ya allah bila tidak sabar menghadapi situasi ini.

Akhirnya disuatu sore yg cukup mendung, sebuah kejadian naas yg tak pernah aku harapkan menimpa istriku, tak kala aku sedang membenahi atap rumah bagian belakang yg sering bocor bila hujan tiba, aku tersentak dan sangat kaget saat mendapatkan kabar via telepon dari seorang akhwat teman istriku, yg mengabari bahwa istriku sedang dirawat di RS karena mengalami pendarahan hebat.., dan dokter tidak dapat menyelamatkan kandungannya, saat mendengar kabar itu aku sangat shock..tulang2ku kurasakan seolah tak nyambung lagi, meskipun belum lama hidup bersamaku sebagai seorang istri, meskipun waktunya hampir2 tak ada buatku setiap harinya tapi hatiku begitu sangat mencintainya.., dengan perasaan tak menentu aku berusaha menguatkan hatiku dan segera bergegas ke RS dimana istriku dirawat.., aku berusaha membuang jauh2 kesedihanku agar pada saat didepan istriku nanti, dia tidak akan bertambah sedih saat melihatku bersedih karena kejadian ini, Ya Allah aku tahu ini adalah ujian buat kami.., sabarkanlah kami ya Allah..

Pendengar Nurani yang baik

Dengan perasaan sedih yg aku sembunyikan dari wajahku, akhirnya aku tiba di RS dimana istriku dirawat, dokter melarangku untuk mengajaknya ngobrol banyak karena kondisinya masih lemah, namun saat itu istriku dalam keadaan sadar, perlahan kubuka pintu kamar dimana istriku diinapkan dan dirawat..kulihat ada ketegaran dimatanya meskipun dengan penuh tatapan sayu akibat kehilangan banyak darah..,saat itu niat hatiku ingin men”taziyah”inya agar tidak terbawah sedih dengan peristiwa itu, tapi belum sempat sekata aku ucapakan kalimat2ku untuk menghiburnya tiba2 suaranya dengan pelan justru mendahuluiku..

”Qadarullah kak.., insya Allah ia akan menjadi tabungan bagi kita diakhirat kelak, insya Allah, dan akan digantikan dengan yang lebih baik lagi.., sungguh saat ini Allah sedang menguji kita, dan insya Allah ini akan menjadi penyemangat buat ana untuk lebih giat lagi dalam menolong agama Allah..” ujarnya dalam kelemahannya

“Na’am dek.., kita harus pasrahkan segalanya kepada Allah, kk gak apa2 koq, insya Allah, Allah akan memberi kita lagi penggantinya dihari esok..”selaku mengomentari ungkapan istriku “tapi kk harap adek mengambil pelajaran dari perisitiwa ini.., agama memang membutuhkan orang2 sepertimu dek.., tapi.., afwan..kita juga harus memberi waktu buat diri kita sendiri, paling gak..pada saat-saat dalam kondisi kita yg tidak memungkinkan, sehingga kejadian ini tidak perlu terjadi, bu..bukan kk menyesali ini semua, tapi kk harap bila Allah memberi kita penggantinya, adek bisa sediiiikiit saja mengurangi kegiatan adek, agar amanah yg diberikan pada kita kelak juga bisa terjaga dengan baik insya Allah..” tambahku lagi.

“jadi kk menyalahkan ana dalam hal ini..?, kakak harus ingat bahwa segala sesuatu yg terjadi didunia ini sudah diatur oleh Allah azza wajallah, jadi kita tidak perlu menyalahkan keadaan, lagi pula kita sudah cukup berusaha untuk menjaga amanah ini.., tetapi ternyata Allah berkehendak lain yang tidak pernah kita harapakan kan?, jadi ana harap kita bisa dengan lapang pula menerima semua ini..” tegas istriku dengan nada agak sedikit bergetar, dan aku tahu argument itu keluar bersama luapan emosinya, entahlah mungkin dia tersinggung dengan perkataanku, mendengar semua itu aku hanya bisa mengangguk saja, agar masalahnya tidak panjang lagi, akupun tahu tabiat istriku yg tidak bisa ditentang kalau urusan dakwah, aku berusaha menekan perasaanku, akupun menyadari bahwah kapasitas ilmu syar’I yang aku miliki tidak sebanding dengan istriku, sehingga kalau bicara soal agama, aku masih selalu kalah argument dengannya bila pada kondisi2 tertentu aku menasehatinya atas sesuatu yg aku rasakan mengganjal dihatiku.

Waktu terus bergulir tanpa kompromi, dan perisitiwa yang menimpa keluargaku tersebut seolah tak memberi bekas pada istriku, semangatnya untuk berdakwah begitu gigihnya, semua berjalan seperti biasanya tanpa ada perbuahan sedikitpun, kesibukannya tetap masih sama begitu juga dengan volume perhatiannya padaku, semua masih sama, yang berubah hanyalah hari, bulan dan tahun terus berganti, aku sendiri mulai merasa jenuh dengan semua ini, apalagi berbagai argumenku, berbagai permintaanku tak satupun dipenuhi oleh istriku, bahkan yang membuat aku sangat kecewa, saking sibuknya dia dalam mengurus masalah ummat, 3x akhirnya kami harus kehilangan kesempatan untuk mendapatkan momongan, cabang bayi hasil cinta kami yang begitu aku harapakan, hanya bisa bertahan seumur jagung dalam rahimnya, meskipun aku tahu ini adalah qadarullah, tapi aku sangat kecewa.., aku sangat kecewa..karena istriku tak pernah mau mengerti dengan segala harapan yang ada dalam hatiku, mungkin bila ia tak memasak dan menyiapkan makan untukku tak jadi soal bagiku, mungkin dia tidak pernah punya sedikit waktu untukku juga tidak masalah, tapi bila ia juga seolah tak menghiraukan kesehatannya dan cabang bayinya, inilah yg membuat aku sangat kecewa.., apalagi usia pernikahan kami telah memasuki tahun ke 5 dan tak ada sedikitpun perubahan yg aku lihat darinya, tangisan bayi mungil yg begitu aku sangat inginkan hadir meramaikan suasana keluarga kamipun hanya tinggal khayalan semata, sebab gugurnya janin ke tiga kalinya yang ada dirahimnya akhirnya  membuat dokter memvonis bahwa istriku hanya memiliki kemungkinan kecil untuk hamil lagi, rasanya aku ingin menangis saat itu, tapi aku berusaha menguatkkan hatiku, sebab aku adalah lelaki, aku malu terlihat cengeng dihadapan istriku, tapi untuk menasehati dan mengingatkannya rasanya aku telah letih, sebab aku tahu persis istriku memiliki tabiatnya keras, aku juga jenuh beradu argument dengannya.

Hingga suatu hari tepatnya bulan januari 2010 kemarin, saat aku melebarkan sayap bisnisku kesebuah kota kecil dipalopo Sulawesi selatan, akhirnya kuputuskan untuk menikah lagi disana. Dengan tidak menyembunyikan identitas dan statusku yg masih beristri, dan dengan menyampaikan alasan2ku untuk menikah lagi, akhirnya ada seorang temanku dipalopo mencarikan aku seorang wanita yg bersedia menerimaku apa adanya, menerimaku dengan segala kekurangan yg aku miliki, Alhamdulillah gadis ini termasuk salah seorang kader sebuah organisasi islam juga yg ada didaerahnya, namun sebelum aku menghitbah gdis tersebut, aku menyurati istriku dan menyampaikan niatku untuk menikah lagi, surat itu kukirimkan melalui jasa pengiriman kilat, hingga hanya dalam hitungan hari saja, Alhamdulillah surat itu telah sampai pada istriku, dan inilah isi suratku itu :
Bismillahirrahmanirrahiim

Assalamu ‘alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Buatmu wahai aktifis dakwah sejati

Sebelumnya kk minta maaf dek.., apabila isi surat ini mengejutkanmu, tapi kk yakin bahwa kau adalah wanita tegar yang mampu menepis apapun dan pantang bersedih apalagi sampai mengeluarkan air mata, seperti ketegaranmu yang begitu tabah kehilangan 3x calon bayi kita, kk juga yakin bahwa isi surat ini tidak terlalu penting bagimu seperti halnya tidak pentingnya kehadiran kk dalam hidupmu, tapi satu hal yang ingin kk sampaikan padamu dek, bahwa semua ini berarti buat kk, dan bahwa semua ini teramat sangaat penting buat kk..karena isi surat ini menyangkut kebahagiaan kk, jujur, kk tidak mengkalim bahwa kk tidak bahagia denganmu dek, tapi kk hanya merasa bahwa kk tidak bisa membahagiakanmu, sebab setiap hari kk selalu memportes aktifitasmu, kk selalu mempersoalkan perhatianmu yang kurang buat kk, dan kau tahu dek, jujur sedih rasanya hati ini saat harus selalu bertengkar denganmu, sebab saat tu terjadi kk merasa seolah seperti lelaki jahat yg selalu mengekang kebebasanmu.., olehnya.., untuk menghindari semua ini, kk hanya ingin menyampaikan padamu dek, bahwa insya Allah pada hari ahad 24 januari nanti, kk akan menikah lagi  dek, Alhamdulillah ada seorang wanita yg juga seorang akhwat yg mau menerima kk apa adanya, insya Allah setelah ini semua kk tidak akan meminta apa2 lagi darimu dek, kk tidak akan mempersoalkan perhatianmu lagi..kk juga tidak akanmempersoalkan waktumu lagi..dan paling penting sudah ada seorang wanita yg mau memahami kk, yang mau menyiapkan sarapan pagikk, makan siang dan malam kk, dan mau memperhatikan keluarganya tanpa mengenyampingkan urusan ummat, insya Allah meskipun kk tidak mampu menyamai adilnya Rasulullah dalam memperlakukan istri2nya, tapi kk akan selalu berusaha untuk bersikap adil pada kalian berdua, kk yakin sebagai aktifis dakwah sejati kau memahami semua ini, bahkan semua ini insya Allah akan membantumu dek untuk lebih focus pada kegiatan2mu dan juga urusan2 dakwahmu..

Sekian dulu surat dari kk, semoga adek saying mau memahaminya dan bisa bijaksana dalam menyikapinya.



Wassalam

Suamimu

Slamet



Pendengar nurani yang budiman

Aku tak tahu bagaimana perasaannya saat itu, sebab sesampainya surat itu hingga hari H pernikahanku, salma tak menghubungiku sama sekali, dan mengenai hal pernikahanku yg kedua itupun kedua orang tuaku dan keluarga salma kukabari, kusampaikan dengan bijak segala penyebab dan alasan2ku, aku sampaikan pula pada mereka bahwa aku tidak berniat menceraikan salma, dan mereka memahaminya, dan Alhamdulillah saat ini dalam rahim istriku telah tumbuh benih2 cinta kami yang saat ini berusia 8 bulan, sebab 4 bulan setelah pernikahan kami itu, Allah mengaruniakan pada kami amanah besar yakni buah cinta kami berdua, sementara untuk urusan nafkah aku berusaha selalu memenuhi  kebutuhan keduanya, baik nafkah lahir maupun bathinnya..



Wassalamu ‘alaikum wr wb



Nb :

   1. kisah ini baru saja aku alami, dan Alhamdulillah kami bahagia saat ini
   2. aku dan salma bukan dari organisasi WI tapi insya Allah aku ingin sesegera mungkin mencari halaqah baru binaan WI dipalopo (Insya Allah dapat)
   3. aku mengirim kisah ini karena diperkenalkan oleh salah seorang teman, dia memiliki koleksi kisah vol 1, dan aku tertarik mengirimkan kisahku ini.
   4. insya Allah kisahku ini bermanfaat untuk para pendengar.
   5. afwan bila ana tidak bisa mendengarkan kisah ini mengudara mohon kirimnkan hasil rekamannya ke email ana (email yg ana gunakan untuk mengirim kisah ini)

barokallohu fiikum ..

Allohu musta'an ,mudah2an bermanfaat ^_^d

sumber: catatan teman facebook

1 komentar:

  1. Cerita yang menarik. seharusnya pada masa ta'aruf udah ada komitmen bagaimana tanggung jawab istri dan dakwah di luar sehingga tak lagi jadi masalah ketika udah menikah. Kalo udah begini wanita kadang jadi korban, walopun di satu sisi bukan salah ikhwan. Intinya Komunikasi spertinya ga terjalin baik... hemm entahlah. Just koment jadi ga perlu di ambil pusing.heheheheh.... Jadi pembelajaran.

    BalasHapus