Minggu, 17 Juni 2012

~* Dahsyatnya Arti sebuah do'a *~

~* Bismillahirahmanirahim *~

Do’a adalah harapan, do’a adalah semangat, do’a adalah kepasrahan, do’a juga wujud dari kepatuhan dan rasa ta’dhim kepada Sang Khaliq. do’a juga sering menjadi jalan terakhir ketika usaha lahir tidak membuahkan tanda-tanda keberhasilan.

Saya mempunyai sebuah kisah nyata dari seorang sahabat yang pernah menuturkannya kepada saya, alkisah ………Disiang yang terik, saya mendatangi sahabat saya yang bekerja disebuah toko, seperti biasanya setelah basa-basi sejenak pembicraan pun sampai pada hal-hal yang serius.

” Pusing banget kang ” begitu keluhnya sambil memegangi kepalanya
” makanya buruan nikah, biar tidak pusing ” jawabku sekenanya
” yeee…. malah tambah pusing mikirin setoran, apalagi kalau sudah punya anak ” kilahnya
” mending pusing tapi punya anak-bini, wajar, lha…kamu sudah ngejoblo pakai pusing lagi”
” iya…iya kang? tapi kalau sendirian kan tidak ada yang mendemo kalau lagi tongpes?”

” itulah kawan ! kita kadang terlalu lama & jauh menerawang masa depan yang kita sendiri tidak tau seperti apa wujud aslinya nanti, kita hanya mencoba menerka-nerka, masih ingat kata ustadz kita dulu? hutan itu tidak cuma dihuni singa atau macan, tapi ada juga pemandangan yang indah, air terjun, dan buah-buahan segar yang alami ” saya menghentikan katakata saya sambil melirik ke arah sahabat saya, wajahnya berubah muram persis seperti langit yang tiba-tiba diselimuti mendung tebal.

” ya .. kang saya masih ingat, tapi entah kenapa saya sudah tidak bisa lagi merasakan nikmatnya beribadah, saya juga sudah lelah dengan kehidupan yang serba tidak jelas ini, saya capek…….capek banget “ wajahnya semakin lesu tanpa pancaran semangat

” jangan putus harapan, jangan memutuskan tali rahmat Alloh ! “ saya mencoba mengingatkannya
” percuma kang, dulu saya rajin berdo’a, tapi karena tidak juga terkabul akhirnya saya berhenti tidak lagi baca-baca do’a, sholat saja sudah jarang-jarang “
” astaghfirullohal ‘adhim …. saya lihat orang tua kamu rajin sholat & sering mengikuti mujahadah thariqoh, kita harusnya meniru jejak orang tua kita”
” nha… itu masalahnya, bapak itu kerjaannya berdo’a dan berdo’a, malam tahajud, pagi dhuha, tapi nyatanya boro-boro hidup kecukupan, rumah saja belum punya” imbuhnya.

karena hari sudah sore saya pamit pulang, sebenarnya saya sudah tidak mau berdebat dengan sahabat saya yang sedang mengalami proses pendewasaan oleh alam & pengalaman hidup dirinya sendiri.
waktu pun begitu cepat berlalu, tak menyisakan ruang tunggu bagi sang pemalas, yang hanya diam terpaku meratapi nasibnya tanpa berusaha merubahnya. 3 tahun kami tidak pernah bertemu karena dia pergi merantau ke luar negeri, dan pagi ini kami dipertemukan oleh Alloh ditempat dimana dulu kami sering memancing, ditepi sungai yang airnya tak sejernih dulu.

” bagaimana kabarmu kawan?” saya memulai percakapan dengan sapaan ala kadarnya
” alhamdulillah baik, kamu sendiri baik juga kan?” jawabnya singkat
” alhamdulillah seperti yang kamu lihat “ jawabku sambil mengajak dia untuk duduk dibatu yang dulu sering kami duduki
” subhanalloh ! kang benar katamu dulu “ tiba-tiba dia mengucapkan kalimat tasbih sambil menatapku dengan tajam
” apanya yang benar ? “ saya benar-benar heran

” 3 bulan yang lalu ada saudara dari bapak, memberikan rumah beserta pekarangannya karena dia akan pindah ke jakarta, dia sudah membeli rumah disana, rumahnya yang disini diberikan kepada bapak ” dia bercerita sambil matanya berkaca-kaca, ada sorot penyesalan disorot matanya
” alhamdulillah, berarti sholat & do’a bapakmu tidak siasia kan?” saya beranilkan diri mengungkit pembicaraan kami 3 tahun yang lalu

” iya kang, ternyata salah satu do’a yang sering bapak baca adalah semoga diberi rumah untuk kami meski ngontrak asal tidak nebeng terus sama kakek, dan do’a itu terjawab setelah bertahun-tahun, do’a bapak terijabah ketika saya sebagai anaknya sudah meragukan dengan do’a-do’a bapak, saya jadi malu kang “ sorot matanya semakin memperlihatkan rasa sesal yang dalam

” tidak apa-apa….. bapak kamu pasti memaklumi, kita kadang bisa mencapai kedewasaan dalam berpikir&bersikap setelah mengalami beberapa proses, dan dalam proses itu tak jarang kita juga terjebak salah, yang penting kita tetap mau belajar……. belajar mengakui kesalahan meski hanya baru mampu kepada diri sendiri, serta belajar mengambil hikmah dibalik semua kejadian ” saya mencoba membesarkan hatinya
…………………………………………………
sejak saat itulah sahabatku ini rajin sholat dan berdo’a, semenjak saat itu pula dia percaya akan kekuatan do’a, meski lama do’a itu pasti diijabah oleh-Nya.
Allahuallam Bishowab.

*) Semoga bermafaat bagi saya pribadi dan saudaraku sekalian.


Date : 17 Juni 2012 (minggu)
Time : 07 : 32 wita

Senin, 11 Juni 2012

~* Mengekang Hawa Nafsu *~

 ~* bismillahirahmanirahhim *~

Semua manusia hidup dengan sederet naluri dan nafsu. Berbagai naluri dan nafsu ini berperan vital dalam kehidupan manusia. Namun demikian berbagai naluri dan nafsu ini mesti di tundukkan di bawah kendali akal, ketaqwaan, dan pegendalian diri.
Imam Ali berkata : “ iffah (menjaga diri/ megendalikan diri) dapat melemahkan syahwat.”
Di antara tema yang menonjol di dalam islam bagaimana menjinakkan hawa nafsu, syahwat, naluri yang terdapat dalam tubuh manusia. Terlebih lagi puncak hawa nafsu itu terletak pada masa muda, karena masa muda adalah masa kritis yang di mana di masa muda tersebut adalah puncak dari syahwat. Watak hawa nafsu,syahwat, naluri bisa dilatih untuk menjadi cerdas dan jinak, sebagaimana ia juga bisa di biarkan dalam keadaan liar dan buas. Jika nafsu telah di jinakkan dan di cerdaskan, maka akal akan memegang kendali dan menyempurnakan prikemanusian seseorang.

Sebaliknya, jika nafsu dibiarkan tak terkendali dan liar, maka ia akan mengendalikan jiwa dan menyempunarkan sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam manusia. Dua keadaan itu sepenuhnya di tentukan oleh manusia itu sendiri, semakin sering seseorang menuruti hawa nafsunya, maka semakin liar dan semakin dominan hawa nafsu itu dalam dirinya. Akan tetapi, jika seseorang selalu melakukan tekanan dan latihan pada hawa nafsunya, maka lambat laun ia akan melemah dan mudah menuruti kehendak akal.
Imam Ali berkata : “barang siapa yang akalnya bisa mengalahkan syahwatnya, maka ia akan menjadi lebih mulia dari pada malikat. Dan barang siapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya, maka ia akan lebih hina dari pada hewan.”

Sebagian pemuda di dunia yang akalnya telah di kalahkan oleh syahwatnya, maka ia akan menjadi budak dari hawa nafsu. Akan tetapi jika pemuda yang akalnya mengalahkan syahwatnya, maka ia telah memperbudak hawa nafsunya. Semua manusia bertaqwa ataupun tidak, muda, tua, laki-laki, perempuan semuanya sama-sama memiliki nafsu dan syahwat, hanya saja manusia yang bertaqwa secara aktif berupaya menguasai dan mengatur hawa nafsunya. Sebaliknya orang yang tidak bertaqwa secara pasif di kuasai dan di atur oleh syahwat dan hawa nafsunya. Namun dalam kondisi yang manapun manusia tetap memiliki kemampuan dan daya untuk berikhtiar (memilih) melakukan pendidikan dan pencerdasan nafsu dengan mengabaikan sebagai tuntutannya.

Rasulullah SAW bersabda : “ dengan rutinya menjalankan kebaikan, berarti membenci kejelekan.”
Peran taqwa dan pengendalian diri adalah pengekang hawa nafsu, melemah-lembutkan nafsu dan menjinakkan syahwat. Ketaqwaan dan pegendalian diri adalah dua faktor yang seharusnya menguasai syahwat dan naluri manusia sejauh mungkin, sehingga nafsu dapat di kendalikan dan di jinakkan.
Pada intinya keberadaan fase taqwa dan pengendalian adalah dua metode yang sangat berpengaruh dalam jiwa manusia, karena ia tidak hanya mampu mencegah orang dari kefasikan, kekafiran, dan kemaksiatan. Namun juga menanamkan rasa benci terhadap semua itu. Ini adalah terapi untuk semua orang, khususnya untuk kalangan pemuda yang “ terlanjur” menjadi budak hawa nafsu.

Penulis:Muhmmad bin umar alhabsyi

 Date : 11 Juni 2012 ( Senin )
Time  :  16: 51 Wita.

Selasa, 05 Juni 2012

~* Sa'ad bin Abi Waqash *~

~* Bismillahirahmanirahim *~

Diantara dua pilihan. Itulah mungkin kata yang tepat mewakili awal kisah dari Sa'ad bin Malik za-Zuhri alias Sa'ad bin Abi Waqash. Menurut Sa'ad bin Abi Waqash, mencintai orang tua bukan berarti harus mengorbankan prinsip hidup. Itu dilakukannya saat dia telah menerima Islam yang diajarkan oleh Rasulullah, kemudian dia yakini, bahwa hanya Islamlah yang bisa membuat dirinya dan hidupnya bahagia ketimbang kembali menyembah berhala. Lihatlah statementnya, yang sering dijumpai di sirah-sirah "Duhai bunda, meskipun ada seratus nyawa dalam diri bunda, dan terurai nyawa itu satu per satu, aku akan tetap pada agamaku. Sekarang terserah bunda, apakah hendak meneruskan perbuatan bunda atau hendak makan."

Ibu Sa'ad yang sangat mencintai Sa'ad juga, merasa kehilangan ketika anaknya lari meninggalkan sesembahan nenek moyang, dan menyembah Allah serta mentaati Rasulullah. Untuk meluluhkan hati Sa'ad, ibundanya mengambil sikap untuk mogok makan, tapi nyatanya tak berkutik sedikitpun sikap Sa'ad untuk meninggalkan Agama Islam yang dibawa Rasulullah, mesikipun ia juga mencintai Ibundanya.

Selain itu, Sa'ad juga dikenal sebagai anggota pasukan berkuda yang lihai dan gagah berani. Soal memanah, dia adalah nomor satu. Ada dua peristiwa yang menjadikan Sa'ad selalu dikenang dan istimewa, pertama dialah yang pertama melepas anak panah untuk membela Agama Allah, sekaligus orang pertama yang tertembus anak panah dalam membela Agama Allah. Kedua, Sa'ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orang tua beliau. Sabda Rasulullah SAW pada saat perang Uhud : "Panahlah hai Sa'ad! Ibu Bapakku menjadi jaminan bagimu...."

Dalam setiap peperangan, siapapun panglimanya, jika ada Sa'ad didalamnya maka pasukan akan merasa tenang. Bukan hanya karena kehebatannya dalam peperangan yang menciutkan hati musuh, tapi juga ketaqwaanya yang luhurlah, yang menjadi hati sahabat lain menjadi tenang.

Pada saat perang Qadishiyyah, Amirul mukminin Umar bin Khaththab ra mengangkat Sa'ad sebagai Panglima perang untuk melawan adidaya Persia pada saat itu, ketika Sa'ad mengirim utusan untuk berdiplomasi dengan Rustum (panglima perang persia) yang akhirnya negoisasi itu berlangsung alot, dan muncullah pernyataan dari delegasi kaum muslimin.

"Sesungguhnya Allah telah memilih kami untuk membebaskan hamba-hambaNya yang dikehendaki-Nya dari pemujaan berhala kepada pengabdian kepada Allah, dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dan dari kedhaliman penguasa kepada keadilan Islam. Maka siapa yang bersedia menerima itu dari kami, kami terima pula kesediannya dan kami biarkan mereka. Tapi siapa yang memerangi kami, kami perangi pula mereka hingga kami mencapai apa yang telah dijanjikan Allah...!"

"Apa yang dijanjikan oleh Allah itu?" tanya Rustum. "Surga bagi kami yang mati syahid, dan kemenangan bagi kami yang hidup", timpal Sa'ad.
Sa'ad pun bangkit dan menggelorakan semangat jihad kaum muslimin, peperanganpun terjadi. Rustum dan pasukannya menuai kekalahan, Persia yang adidaya itu akhirnya jatuh juga di tangan kaum muslimin.  

Author : [diedit dari islamuda.com]

Date : 05 Juni 2012 ( Selasa )
Time : 09:00 wita

~* Asma Sebagai Isteri Pejuang Islam *~

~* Bismillahirahmanirahim *~

Dalam sebuah riwayat dari Bukhari dicertakan bahwa Asma Radiallahu anha sendiri pernah menceritakan tentang keadaan hidupnya.
"Ketika aku menikah dengan Zubair Radiallahu anhu., ia tidak memiliki harta sedikit pun, tidak memiliki tanah, tidak memiliki pembantu untuk membantu pekerjaan, dan juga tidak memiliki sesuatu apa pun. Hanya ada satu unta milikku yang biasa digunakan untuk membawa air, juga seekor kuda. Dengan unta tersebut, kami dapat membawa rumput dan lain-lainnya. Akulah yang menumbuk kurma untuk makanan hewan-hewan tersebut. Aku sendirilah yang mengisi tempat air sampai penuh. Apabila embernya peceh, aku sendirilah yang memperbaikinya. Pekerjaan merawat kuda, seperti mencarikan rumput dan memberinya makan, juga aku sendiri yang melakukannya. Semua pekerjaan yang paling sulit bagiku adalah memberi makan kuda. Aku kurang pandai membuat roti. Untuk membuat roti, biasanya aku hanya mencampurkan gandum dengan air, kemudian kubawa kepada wanita tetangga, yaitu seorang wanita Anshar, agar ia memasakkannya. Ia adalah seorang wanita yang ikhlas. Dialah yang memasakkan roti untukku."

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sampai di madinah, maka Zubair Radiallahu anhu telah diberi hadiah oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berupa sebidang tanah, seluas kurang lebih 2 mil (jauhnya dari kota). Lalu, kebun itu kami tanami pohon-pohon kurma. Suatu ketika, aku sedang berjalan sambil membawa kurma di atas kepalaku yang aku ambil dari kebun tersebut. Di tengah jalan aku bertemu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan beberapa sahabat Anshar lainnya yang sedang menunggang unta. Setelah Rasulullah saw melihatku, beliau pun menghentikan untanya. Kemudian beliau mengisyaratkan agar aku naik ke atas unta beliau. Aku merasa sangat malu dengan laki-laki lainnya. Demikian pula aku khawatir terhadap Zubair Radiallahu anhu yang sangat pencemburu. Aku khawatir ia akan marah. Memahami perasaanku, Rasulullah membiarkanku dan meninggalkanku. Lalu segera aku pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, aku menceritakan peristiwa tersebut kepada Zubair Radiallahu anhu tentang perasaanku yang sangat malu dan kekhawatiranku jangan-jangan Zubair Radiallahu anhu merasa cemburu sehingga menyebabkannya menjadi marah. Zubair r.a berkata,

"Demi Allah aku lebih cemburu kepadamu yang selalu membawa isi-isi kurma di atas kepalamu sementara aku tidak dapat membantumu."
Setelah itu Abu Bakar, ayah Asma Radiallahu anha, memberikan seorang hamba sahaya kepada Asma. Dengan adanya pembantu di rumahnya, maka pekerjaan rumah tangga dapat diselesaikan dengan ringan, seolah-olah aku telah terbebas dari penjara.
Di antara tugas yang juga dijalani kaum hawa di masa Rasulullah adalah menyediakan makanan dan minuman bagi para pejuang serta merawat kuda-kuda perang. Selain itu, mereka bertugas memparbaiki dan mempersiapkan persenjataaan para pejuang di tengah berkecamuknya perang.
Dalam suatu peperangan, pedang yang ada di tangan Khalid bin Walid patah. Melihat hal itu, istri Khalid yakni Ummi Tamim segera membantu sang suami dengan memberikan senjata yang baru agar dapat melanjutkan pertempuran. Demikian pula dengan Asma binti Abu Bakar, dia bantu sang suami Zubair bin Awam dengan persenjataan.
Kehadiran sang istri di samping suami di medan perang sangat memupuk semangat juang mereka. Ini semua demi membela martabat dan kehormatan serta menampilkan semangat kepahlawanan dan keluhuran di hadapan istri. Betapa banyak pejuang terpompa semangatnya di medan perang disebabkan kehadiran seorang perempuan.
Dalam perang Yarmu' semua prajurit tertidur karena kelelahan yang teramat sangat. Sang komandan Abu Ubaidah bin Jirah tidak mau membebani prajuritnya yang sudah sangat lelah agar berjaga-jaga. Sehingga meski seorang komandan, beliau sendiri yang melakukan tugas penjagaan. Ternyata beliau melihat Asma binti Abu Bakar dan sekelompok putri muslimah tengah berjaga-jaga di sekitar perkemahan. Mereka semua menghunus pedang. Sungguh suatu pemandangan yang sangat indah, seorang panglima besar dan putri khalifah bersama-sama melakukan tugas jaga.

Asma Seorang yang Sangat Dermawan
Asma Radiallahu anha memiliki sifat yang sangat dermawan. Pada mulanya, apabila ia akan mengeluarkan harta di jalan Allah ia akan menghitungnya dan menimbangnya. Akan tetapi, setelah Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kalian menyimpan-nyimpan atau menghitung-hitung (harta yang akan diinfakkan). Apabila mampu, belanjakanlah sebanyak mungkin."
Akhirnya setelah mendengar nasihat ini, Asma Radiallahu anha semakin banyak menyumbangkan hartanya. Ia juga selalu menasehati anak-anak dan perempuan-perempuan yang ada di rumahnya.
"Hendaklah kalian selalu meningkatkan diri dalam membelanjakan harta di jalan Allah, jangan menunggu-nunggu kelebihan harta kita dari keperluan-keperluan kita (yaitu jika ada sisa harta setelah dibelanjakan untuk keperluan membeli barang-barang, barulah sisa tersebut disedekahkan.) Jangan kalian berpikir tentang sisanya. Jika kalian selalu menunggu sisanya, sedangkan keperluan kalian bertambah banyak, maka itu tidak akan mencukupi keperluan kalian sehingga kita tidak memiliki kesempatan untuk membelanjakannya di jalan Allah. Jika keperluan itu disumbangkan di jalan Allah, maka kalian tidak akan mengalami kerugian selamanya."

Asma Sebagai Ibunda Pejuang Islam yang handal
Hijrah Asma' Radhiallahu anha dan suaminya ke Madinah berlaku selang beberapa lama dari hijrah sebelumnya, di mana pada ketika itu Asma' sedang sarat mengandungkan Abdullah bin Zubair dan hanya menanti detik-detik kelahirannya. Perjalanan yang jauh dan berbahaya ditempuhi jua sehinggalah angkatan para sahabat tiba di Quba'. Kelahiran anak pasangan sahabat ini disambut dengan penuh kesyukuran dan kegembiraan. Dialah bayi pertama yang dilahirkan di Madinah.
Sebaik-baik Ummu wa Rabbatul Bait
Seorang muhajirah yang agung, antara wanita yang awal memeluk Islam, sangat memuliakan suaminya meskipun Zubair hanya seorang pemuda miskin yang tidak mampu menyediakan pembantu buatnya. Hatta tidak mempunyai harta yang dapat melapangkan kehidupan keluarganya, melainkan hanya seekor kuda yang dijaganya dengan baik. Beliaulah isteri yang sentiasa sabar dan setia berkhidmat untuk suaminya, sanggup bekerja keras merawat dan menumbuk sendiri biji kurma untuk makanan kuda suaminya di saat Zubair sibuk menjalankan tugas-tugas yang diperintah Rasulullah kepadanya.

Di dalam didikannya, keperibadian Abdullah bin Zubair dibentuk. Beliau adalah susuk seorang ibu yang sangat memahami peranannya dalam melahirkan generasi utama yang berkualiti, generasi yang menjadikan kecintaan kepada Allah dan RasulNya di atas segala-galanya, sama ada harta, isteri, keluarga mahupun segala jenis perbendaharaan dunia. Beliau mencetak keperibadian generasi yang siap berjuang membela bendera Islam dan kalimahLa ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Keperibadian seperti ini terpancar jelas di dalam diri puteranya, Abdullah bin Zubair. Hal ini dapat kita teladani melalui kisah pertemuan terakhir di antara seorang ibu dan anak yang saling menyayangi dan mencintai satu sama lain, semata-mata kerana kecintaan keduanya kepada Allah Subhanahu wa Taala dan RasulNya.
Dalam sejarah Islam, itulah bayi pertama yang dilahirkan setelah hijrah. Pada zaman itu banyak terjadi kesulitan, kesusahan, kemiskinan, dan kelaparan. Tetapi pada zaman itu juga muncul kehebatan dan keberanian yang tiada bandingannya
Kasih sayangnya kepada puteranya tergambar dalam doa yang sangat terkenal untul Abdullah bin Zubair..
Ya Allah! Kasihanilah dia kerana solat yang panjang diselangi tangisan di tengah kedinginan malam yang sepi, ketika orang-orang lain sedang nyenyak dibuai mimpi. Ya Allah! Kasihanilah dia yang sering menahan lapar dan dahaga ketika bertugas jauh dari Madinah atau Mekah dalam menunaikan ibadah puasa kepadaMu. Ya Allah! Aku menyerahkannya di bawah pemeliharaanMu, aku redha dengan apa yang telah Engkau tetapkan bagiku dan baginya, dan berilah kami pahala orang-orang yang sabar...!"
[ Doa Asma' radhiallahu anha buat puteranya, Abdullah bin Zubair]

Setelah Husain terbunuh dan Yazid bin Mu`awiyah meninggal, Abdullah bin Zubair dapat mendirikan khilafah di Hijaz sampai Abdul Malik bin Marwan berkuasa sebagai khalifah. Lalu, Abdul Malik mengirim pasukan yang dipimpin oleh seorang yang kejam Hajjaj bin Yusuf ats-Tsagafi untuk menumpas Abdullah bin Zubair. Hajjaj menghujani Ka’bah dengan panah api dan melukai para penduduk Mekah sehingga mereka pergi meninggalkan Abdullah bin Zubair. Kemudian Abdullah bin Zubair mendatangi ibunya Asma binti Abu Bakar yang kedua matanya telah buta, untuk meminta nasihat darinya. Asma, ibunya, menasihatinya agar tetap bertahan sampai kematian datang menjemput. Asma berkata, “Demi Allah, tebasan sebilah pedang demi kemuliaan adalah jauh lebih balk daripada cambukan sepotong cemeti dalam kehinaan.” Abdullah bin Zubair menjawab perkataan ibunya, “Wahai ibuku, aku takut bila mereka telah membunuhku, mereka akan menjadikan jasadku sebagai contoh di tengah-tengah penduduk.” Lalu Asma berkata dengan perkataannya yang sangat masyhur, “Adakah kambing yang telah disembelih akan merasakan sakitnya dikuliti?” Maka, Abdullah bin Zubair pun lalu pergi menghadapi Hajaj sampai menemui ajalnya sebagai syahid. Setelah itu, Hajjaj bin Yusuf mendatangi Asma binti Abu Bakar menanyakan tentang hajatnya. Namun, dengan penuh keberanian Asma menjawab, ‘`Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda bahwa akan muncul dari bani Tsagif seorang pendusta dan seorang yang kejam. Adapun pendusta itu kami telah mengetahuinya, sedangkan seseorang yang kejam dan sewenang-wenang itu aku tidak menemukannya selain dirimu.”

Ringkih dan renta karena ditelan usia, namun tampak tegar dan bahagia. Ikhlas, memancarkan selaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan keriput di wajah. Tiada yang berubah sejak saat dalam buaian, hingga sekarang mahkota putih tampak anggun menghiasinya. Dekapannya pun tak berubah, luruh memberikan kenyamanan dan kehangatan.
Jemari itu memang tak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pinta, membaluri sekujur tubuh dengan do'a-do'a. Kaki tampak payah, tak mampu menopang tubuhnya. Telapak tempat surga itu pun penuh bekas darah bernanah, simbol perjuangan menapak sulitnya kehidupan.
Polesannya adalah warna dasar pada diri kita. Menggores sebuah kanvas putih nan suci, hingga tercipta lukisan Yahudi, Musyrik atau Nasrani. Namun, goresan yang diselimuti untaian ayat suci Al Qur'an, zikir, tasbih serta tahmid, tentu akan melahirkan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) pada jiwa. Ibunda pun berharap tercipta jundullah (tentara Allah) dari sebuah madrasah keluarga.
Selaksa cinta ibunda yang dibaluri tsaqofah Islamiyah (wawasan keislaman) telah menyemai banyak pahlawan Islam. Teladan Asma' binti Abu Bakar Ash-Shidiq melahirkan pahlawan Abdullah bin Zubair, yang dengan cintanya masih berdoa agar dirinya tidak mati sebelum mengurus jenazah anaknya yang disalib Hajaj bin Yusuf, antek Bani Umaiyah.

Sebuah teladan yang sangat berharga buat kita semua. Asma' Radiallahu anha bukan sahaja menunjukkan keberaniannya, kepatuhannya kepada Allah, suami dan ayahnya; juga pengorbanannya yang besar, sikap dermawannya dan kecemerlangan berfikir yang menjadi cermin keperibadiannya. Bersama suaminya, Zubair bin Awwam, terbentuklah keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah; bukan kerana harta yang melimpah ruah, tetapi  limpahan barakah dan rahmat dari Allah Subhanahu wa Taala kerana ahli keluarganya yang menjadikan kecintaan mereka hanya kepada Allah dan Rasul di atas kecintaan-kecintaan lainnya. Dari keluarga ini, lahirlah seorang syuhada yang gagah berani, tidak takut terhadap apapun kecuali Allah Subhanahu wa Taala  Semoga kisah Asma’ Abu Bakar ini akan sentiasa mekar di jiwa kita sebagai motivasi diri dalam menyemai kecintaan serta menjalankan kewajipan terhadap Rabbul Izzati

Author : (Siti Jamilah Hamdi)

Senin, 04 Juni 2012

~* Keutamaan Dzikir Pagi & Sore *~

~* Bismillahirahmanirahim *~

Sangat banyak ayat ataupun hadits yang menerangkan keutamaan berdzikir kepada Allah. Bahkan Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan dan menganjurkan kepada kita agar senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya (lihat edisi 29/III tentang dzikir-dzikir setelah shalat wajib). Jangan sampai harta, anak-anak ataupun kegiatan duniawi melalaikan kita dari berdzikir kepada Allah.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (Al-Munaafiquun:9)


Di antara dzikir-dzikir yang disunnahkan untuk dibaca dan diamalkan adalah dzikir pagi dan sore. Dzikir pagi dilakukan setelah shalat shubuh sampai terbit matahari atau sampai matahari meninggi saat waktu dhuha, kira-kira jam tujuh atau jam delapan. Adapun dzikir sore dilakukan setelah shalat 'ashar sampai terbenam matahari atau sampai menjelang waktu 'isya.

Banyak sekali keutamaan dzikir pagi dan sore sebagaimana yang dijelaskan di dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Adapun bacaannya dan penjelasan tentang keutamaannya adalah sebagai berikut:

1. Membaca:

الْحَمْدُ لِلَّهِ وَحْدَهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. Dari Anas yang dia memarfu'kannya (sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam), "Sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan/memerdekakan empat orang dari keturunan Nabi Isma'il (bangsa 'Arab). Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat 'ashar sampai terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan empat orang (budak)." (HR. Abu Dawud no.3667 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih Abu Dawud 2/698)

2. Membaca ayat kursi (Al-Baqarah:255)
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. "Barangsiapa membacanya di pagi hari maka akan dilindungi dari (gangguan) jin sampai sore, dan barangsiapa yang membacanya di sore hari maka akan dilindungi dari gangguan mereka (jin)." (HR. Al-Hakim 1/562 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)

3. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas.
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang membacanya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka dia akan dicukupi dari segala sesuatu." (HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidziy 5/567, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/182)

4. Membaca:

أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Jika sore hari membaca:

أَمْسَيْنَا وَأَمْسَى الْمُلْكُ لِلَّهِ ... رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهَا وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذِهِ اللَّيْلَةِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهَا ...
Dibaca sekali. (HR. Muslim 4/2088 no.2723 dari 'Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu)

5. Membaca:

اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
Jika sore hari membaca:

اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Dibaca sekali. (HR. At-Tirmidziy 5/466, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)

6. Membaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya dalam keadaan yakin dengannya ketika sore hari lalu meninggal di malam harinya, niscaya dia akan masuk surga. Dan demikian juga apabila di pagi hari." (HR. Al-Bukhariy 7/150)

7. Membaca:

اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ. اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42, An-Nasa`iy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.22 dan Ibnus Sunniy no.69, serta Al-Bukhariy di dalam Al-Adabul Mufrad dan dihasankan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.26)

8. Membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنَّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ، وَآمِنْ رَوْعَاتِيْ، اللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ، وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)

9. Membaca:

اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidziy, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)

10. Membaca:

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore, tidak akan membahayakannya sesuatu apapun." (HR. Abu Dawud 4/323, At-Tirmidziy 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)

11. Membaca:

رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka ada hak atas Allah untuk meridhainya pada hari kiamat."
Boleh juga membaca:

... وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلاً
(HR. Ahmad 4/337, An-Nasa`iy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.4 dan Ibnus Sunniy no.68, Abu Dawud 4/418, At-Tirmidziy 5/465 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.39)
12. Membaca:


يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabiy 1/545, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)

13. Membaca:

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Jika sore hari membaca:

أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ ...
Dibaca sekali. (HR. Ahmad 3/406, 407, Ibnus Sunniy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.34, lihat Shahiihul Jaami' 4/209)

14. Membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Dibaca 100x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang membacanya seratus kali ketika pagi dan sore maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang membaca seperti apa yang dia baca atau yang lebih banyak lagi." (HR. Muslim 4/2071)

15. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Dibaca 10x. (HR. An-Nasa`iy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.24, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/272)
Atau dibaca sekali ketika malas/sedang tidak bersemangat. (HR. Abu Dawud 4/319, Ibnu Majah, Ahmad 4/60, lihat Shahih Abu Dawud 3/957 dan Shahih Ibnu Majah 2/331)

16. Membaca:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
Dibaca 100x ketika pagi. "Barangsiapa yang membacanya seratus kali dalam sehari maka (pahalanya) seperti membebaskan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan, dan dia akan mendapat perlindungan dari (godaan) syaithan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu." (HR. Al-Bukhariy 4/95 dan Muslim 4/2071)

17. Membaca:

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Dibaca 3x ketika pagi. (HR. Muslim 4/2090)

18. Membaca:

اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Dibaca sekali ketika pagi. (HR. Ibnus Sunniy di dalam 'Amalul Yaum wal Lailah no.54, Ibnu Majah no.925 dan dihasankan sanadnya oleh 'Abdul Qadir dan Syu'aib Al-Arna`uth di dalam tahqiq Zaadul Ma'aad 2/375)

19. Membaca:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Dibaca 100x dalam sehari. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baari 11/101 dan Muslim 4/2075)

20. Membaca:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
Dibaca 3x ketika sore. "Barangsiapa yang mengucapkannya ketika sore tiga kali maka tidak akan membahayakannya panasnya malam itu." (HR. Ahmad 2/290, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/187 dan Shahih Ibnu Majah 2/266)

21. Membaca:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Dibaca 10x ketika pagi dan sore. "Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan ketika sore sepuluh kali maka dia akan mendapatkan syafa'atku pada hari kiamat." (HR. Ath-Thabraniy dengan dua sanad, salah satu sanadnya jayyid, lihat Majma'uz Zawaa`id 10/120 dan Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)

Inilah di antara dzikir-dzikir yang disunnahkan dibaca ketika pagi dan sore. Ada juga bacaan yang lainnya akan tetapi kebanyakan sanadnya dha'if sebagaimana yang dijelaskan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dan Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy. Walaupun tidak menutup kemungkinan sebagiannya ada yang shahih.
Lafazh-lafazh dzikir ini belum diterjemahkan mengingat terbatasnya tempat. Bagi yang ingin melihat terjemahan dan keterangannya bisa dilihat dalam "Perisai Seorang Muslim: Doa dan Dzikir dari Al-Qur`an dan As-Sunnah".

Keutamaan Shalat Isyraaq
Dengan membaca dzikir-dzikir tersebut kita bisa mengamalkan sunnah yang lainnya yaitu shalat isyraaq (shalat ketika telah terbitnya matahari sekitar 15-20 menit). Hal ini dijelaskan dalam hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِيْ جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama'ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta'ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka'at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan 'umrah, sempurna, sempurna, sempurna." (HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At-Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar 1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy)
Betapa besarnya keutamaan amalan tersebut! Selayaknya bagi kita untuk melaksanakannya semaksimal mungkin. Jangan sampai terlewat pahala yang begitu besar ini. Jangan sampai waktu kita terbuang untuk ngobrol kesana kemari yang sifatnya mubah sehingga hilanglah kesempatan mendapatkan pahala yang besar ini. Konsentrasikanlah setelah shalat shubuh dengan dzikir. Dzikir setelah shalat subuh dilanjutkan dengan dzikir pagi sampai selesai. Kemudian membaca Al-Qur`an atau muraja'ah hafalan sampai terbit matahari sekitar 15-20 menit. Setelah itu kita shalat dua raka'at yang diistilahkan dengan shalat isyraaq (jangan shalat ketika tepat matahari terbit, karena hal ini dilarang di dalam syari'at).
Janganlah waktu ini disibukkkan dengan urusan lain yang kurang penting. Kecuali amalan lain yang mempunyai keutamaan yang besar seperti ta'lim atau urusan lainnya yang sifatnya sangat urgen dan mendesak. Mudahan-mudahan kita mendapatkan pahala yang besar ini sebagaimana yang disebutkan di dalam hadits tersebut. Aamiin. Wallaahu A'lam.

Maraaji': Hishnul Muslim karya Asy-Syaikh Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthaniy, Shahih Kitab Al-Adzkar wa Dha'ifuhu, Syarh Riyadhush Shalihin bab Adz-Dzikr 'indash Shabah wal Masa`, dan Al-Kalimuth Thayyib karya Ibnu Taimiyah. .