Allah menganugerahkan manusia segala potensi untuk berusaha dan memilih yang terbaik dalam hidupnya. Manusia dikaruniai akal untuk berpikir, hati untuk memilih dan menimbang, kedua tangan dan kaki untuk bekerja, kedua mata dan telinga untuk melihat dan menyimak.
Dengan segala potensi itu, manusia seolah bisa mengenggam dunia di tangannya. Manusia bisa menciptakan teknologi untuk membuat hidupnya menjadi serba mudah. Manusia menciptakan pesawat, mobil, hp, satelit, internet dll yang mendekatkan jarak antara ruang dan waktu. Inilah yang disebut dengan ikhtiar. Ikhtiar artinya memilih. Ia berasal dari kata khair yang artinya baik. Orang cenderung memilih yang paling baik. Maka yang terpilih itu biasanya yang yang terbaik (bahasa Arabnya al-mukhtar). Nabi Muhammad saw adalah al-mukhtar.
Dalam bahasa Indonesia, ikhtiar diartikan dengan usaha. Ini tidak salah, karena manusia selalu berusaha memilih yang terbaik. Semua usaha ada kalanya berhasil adakalanya gagal. Islam mengajarkan manusia untuk berusaha semaksimal mungkin, dengan segala tekad, keyakinan, dan kemampuan, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Inilah yang disebut dengan tawakkal.
Tawakkal berasal dari rumpun kata wakkala yang berarti mewakilkan atau menguasakan. Tawakkal artinya menguasakan dan menyerahkan urusan kepada Allah untuk memilihkan yang terbaik untuk kita. Sebab, apa yang kita usahakan belum tentu yang terbaik dan apa yang kita hindari belum tentu tidak baik. Allah menyatakan “Wa asa an tuhibbu syai’an wa huwa syarrun lakum wa ‘asa an takrahu syai’an wa huwa khairun lakumu” (QS al-Baqarah/2: 216) (Boleh jadi kamu menyenangi sesuatu padahal itu tidak baik untukmu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu).
Islam mendorong pemeluknya untuk berusaha, berikhtiar dengan segala ketetapan hati, lalu berserah diri dan menyerahkan urusannya kepada Allah. “Fa idza ‘azamta fa tawakkal alallah. Innallah yuhibbul mutawakkilin” (QS Ali Imran’/3:159) (Jika engkau telah berketetapan hati atas sesuatu, bertawakkallah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal).
Allah berjanji akan menyukupi usaha orang yang bertawakkal sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Thalaq/65: 3: “wa man yatawakkal alallah fa huwa hasbuh. Innallah balighu amrih. Qad ja’alallahu li kulli sya’in qadra” (barang siapa bertawakkal kepada Allah, Allah akan menyukupi kebutuhannya. Sungguh Allah melaksanakan urusan-Nya. Dan Allah telah menetapkan ketentuan untuk segala sesuatu).
Tawakkal dengan hati yang berserah diri kepada Allah akan membuat hidup manusia tenteram. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak ngoyo. Ia bekerja dengan tekun, tetapi tidak ambisius. Orang yang tawakkal tidak akan stress atau frustrasi. Hatinya selalu gembira karena ia telah sumeleh atas kepastian Allah.
Dengan segala potensi itu, manusia seolah bisa mengenggam dunia di tangannya. Manusia bisa menciptakan teknologi untuk membuat hidupnya menjadi serba mudah. Manusia menciptakan pesawat, mobil, hp, satelit, internet dll yang mendekatkan jarak antara ruang dan waktu. Inilah yang disebut dengan ikhtiar. Ikhtiar artinya memilih. Ia berasal dari kata khair yang artinya baik. Orang cenderung memilih yang paling baik. Maka yang terpilih itu biasanya yang yang terbaik (bahasa Arabnya al-mukhtar). Nabi Muhammad saw adalah al-mukhtar.
Dalam bahasa Indonesia, ikhtiar diartikan dengan usaha. Ini tidak salah, karena manusia selalu berusaha memilih yang terbaik. Semua usaha ada kalanya berhasil adakalanya gagal. Islam mengajarkan manusia untuk berusaha semaksimal mungkin, dengan segala tekad, keyakinan, dan kemampuan, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah. Inilah yang disebut dengan tawakkal.
Tawakkal berasal dari rumpun kata wakkala yang berarti mewakilkan atau menguasakan. Tawakkal artinya menguasakan dan menyerahkan urusan kepada Allah untuk memilihkan yang terbaik untuk kita. Sebab, apa yang kita usahakan belum tentu yang terbaik dan apa yang kita hindari belum tentu tidak baik. Allah menyatakan “Wa asa an tuhibbu syai’an wa huwa syarrun lakum wa ‘asa an takrahu syai’an wa huwa khairun lakumu” (QS al-Baqarah/2: 216) (Boleh jadi kamu menyenangi sesuatu padahal itu tidak baik untukmu dan boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik bagimu).
Islam mendorong pemeluknya untuk berusaha, berikhtiar dengan segala ketetapan hati, lalu berserah diri dan menyerahkan urusannya kepada Allah. “Fa idza ‘azamta fa tawakkal alallah. Innallah yuhibbul mutawakkilin” (QS Ali Imran’/3:159) (Jika engkau telah berketetapan hati atas sesuatu, bertawakkallah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal).
Allah berjanji akan menyukupi usaha orang yang bertawakkal sebagaimana dinyatakan dalam surat al-Thalaq/65: 3: “wa man yatawakkal alallah fa huwa hasbuh. Innallah balighu amrih. Qad ja’alallahu li kulli sya’in qadra” (barang siapa bertawakkal kepada Allah, Allah akan menyukupi kebutuhannya. Sungguh Allah melaksanakan urusan-Nya. Dan Allah telah menetapkan ketentuan untuk segala sesuatu).
Tawakkal dengan hati yang berserah diri kepada Allah akan membuat hidup manusia tenteram. Ia berusaha dengan sungguh-sungguh, tetapi tidak ngoyo. Ia bekerja dengan tekun, tetapi tidak ambisius. Orang yang tawakkal tidak akan stress atau frustrasi. Hatinya selalu gembira karena ia telah sumeleh atas kepastian Allah.
Dalam FISIKA Usaha = Gaya x Perpindahan. Its means.... Besarnya usaha yang dilakukan oleh manusia dapat dilihat seberapa besar manusia bersikap dan bertindak dan sejauh mana melakukan perubahan pada diri dan sekitarnya. ini akan berbanding lurus dengan hasil yang ingin di capai. Tawakkal adalah kala usaha maksimal telah dilakukan, maka hasil akhir biarlah Allah yang tentukan. kata Allah, " Bekerjalah sesungguhnya AKU melihat apa yang kamu kerjakan "
BalasHapusSyukran and chayooo.....^_^