~* Bismillahirrahmanirrahim*~
Seindah pelangi yang terbentang, sesejuk udara pagi, sedingin embun suci, itulah sebutan wanita muslimah yang kian menjauh dari berperasangka buruk. Ketika engkau berperasangka buruk, kabut hitam menutupi hatimu yang bersih, matamu buta, telingamu tuli, mulutmu membisu, tangan kakimu terbelenggu. Bagaimana engkau akan berjalan menuju Jannah sementara engkau tidak mempunyai kaki, engkau mengharap untuk melihat Robbmu tapi engkau tak mampu untuk melihat, engkau ingin meraih mahkota Jannah tapi engkau tak punya tangan, lantas bagaimana engkau mendapatkan impianmu.
Seindah pelangi yang terbentang, sesejuk udara pagi, sedingin embun suci, itulah sebutan wanita muslimah yang kian menjauh dari berperasangka buruk. Ketika engkau berperasangka buruk, kabut hitam menutupi hatimu yang bersih, matamu buta, telingamu tuli, mulutmu membisu, tangan kakimu terbelenggu. Bagaimana engkau akan berjalan menuju Jannah sementara engkau tidak mempunyai kaki, engkau mengharap untuk melihat Robbmu tapi engkau tak mampu untuk melihat, engkau ingin meraih mahkota Jannah tapi engkau tak punya tangan, lantas bagaimana engkau mendapatkan impianmu.
Engkau rasakan kemiskinan itu pahit, lalu engkau berburuk sangka kepada Robbmu. Engkau menyangka mereka memalingkan wajah darimu, lalu engkau berbuat yang sedemikian untuk memenuhi kepuasanmu. Padahal Allah adalah Robbmu, Yang memberikan segala yang ada pada dirimu. Padahal mereka adalah saudaramu, keluargamu yang sangat menyayangimu. Hanya engkau telah buta karena buruk sangkamu, engkau tuli, bisu. Mulailah dari firman Allah :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. ( Al Hujrot : 12 )
Lalu Allah meneruskan pada sambungan ayat tersebut :
Artinya : Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Al Hujrot : 12)
Artinya, dengan buruk sangka yang engkau lestarikan sepanjang hari hanya akan mendorongmu untuk mencari-cari keburukan saudaramu, munggunjing, dan Allah memberi sebuah permisalan dengan memakan daging saudaramu yang sudah menjadi mayat, Na’udzu billah. Mungkin ini bagian dari sebab kenapa kebanyakan wanita terpuruk pedihnya neraka. Harapan yang tak akan pernah sirna di hatiku, mari, aku ayunkan tanganku untuk mengajak Ukhty Muslimah benar-benar memperhatikan masalah ini, karena aku melihat begitu mudah keluar kata-kata nestapa, ucapan-ucapan nista, obrolan-obrolan sia-sia, menggunjingkan saudaranya.
Ukhty Muslimah…
Aku mengharap bibir yang selama ini engkau gunakan untuk berzdikir tak kau campuri dengan gunjingan. Apalah arti sebuah karunia jika tak dihiasi dengan keimanan. Bag pas putih di tepi laut yang penuh dengan sampah.
Aku ingin bercerita, cerita yang tak kalah berharga untukmu. Cerita yang diperankan oleh seorang ibu yang sayang kepada putrinya. Hanya karena buruk sangka ia telah merusak kehidupan putrinya. Aku mengharap hatimu tak sekeras karang, aku ingin ini adalah perasangka buruk terakir dalam hidupmu. Meski kita tidak dapat lepas dari kemaksiatan, tapi berusaha sepenuh jiwa dan raga adalah jalan yang terbaik untuk ditempuh sebagai hambaNya yang lemah.
...Putri, maafkan Ibu sayang…
Dikisahkan, seorang janda miskin hidup berdua dengan putri kecilnya yang masih berusia sembilan tahun. Kemiskinan memaksakannya untuk membuat sendiri kue kue dan menjajakannya di pasar demi kelangsungan hidup mereka. Hidup yang penuh dengan kekurangan tidak membuat si kecil ” Putri ” bermanja-manja kepada ibunya seperti anak-anak kecil lainnya.
Suatu hari di musim dingin, seusai membuat kue, si ibu tersadar saat melihat keranjang kuenya sudah rusak berat. Dia pun keluar rumah untuk membeli keranjang baru dan berpesan kepada putri agar tetap tinggal di rumah menunggu ibu. Pulang dari membeli keranjang, si ibu menemukan pintu rumah tidak terkunci dan putri ternyata tidak ada di rumah. Sepontan amarahnya memuncak seraya bergumam ” Putri betul-betul tidak tahu diri !!!!, cuaca dingin seperti ini, disuruh diam di rumah saja, malah pergi bermain kerumah teman-temannya!”, begitu pikirnya.
Setelah selesai menyusun kue di keranjang, si ibu segera pergi menjajakan kuenya. Dinginnya salju yang memenuhi jalanan tidak meyurutkan tekadnya demi keberlangsungan hidup mereka. Dan, sebagai hukuman untuk si putri, pintu rumah dikunci dari luar. ” Kali ini, putri harus diberi pelajaran karena telah melanggar pesan,” tekad si ibu dalam hatinya.
Sepulang dari menjajakan kue, mata si ibu mendadak nanar ketika menemukan gadis kecilnya tergeletak di depan pintu. Sambil teriak histeris seraya dipeluk erat tubuh putrinya yang telah kaku dicekik dinginnya salju. Lalu meski dengan susah payah, si ibu memindahkan putri kedalam rumah.
” Putri…, Putri…,Bangun…!, Nak.. ini ibu, Nak.. ini ibu.., ibu datang Nak, ibu tidak marah kok. Bangun, anakku!…” serunya sambil menangis meraung-raung dan berusaha sekuat tenaga membangunkannya dengan mengguncangkan tubuh si putri agar terbangun. Tetapi, Putri telah tiada, tubuhnya memucat, kaku tak berdaya, Putri telah tiada, Putri telah pergi bersama udara dingin senja itu, dan putri tak akan kembali lagi untuk ibunya, Putri tak akan lagi menemani ibu mengadon kue, Putri tak akan lagi meminta ibu bercerita sebelum tidur, putri telah tiada.
Tiba-tiba dari genggaman tangan si Putri, terjatuh sebuah bungkusan kecil. Saat dibuka, berisi sebungkus kecil biskuit dan secarik kertas usang. Dengan tergesa-gesa dan tangan yang bergetar hebat, si ibu segera mengenali tulisan putrinya yang masih acak-acakan, tapi terbaca dengan jelas :
Ibuku tersayang,… Putri tahu, pasti Ibu lupa hari istimewa Ibu, karena Ibu sibuk bekerja buat putri. Hi…, Hi…, Hi…, ini Putri belikan biskuit kesukaan Ibu. Maafin Putri Bu…, uang putri tidak cukup untuk membeli yang besar dan maafin putri, putri telah melanggar pesan ibu karena meninggalkan rumah untuk membeli biskuit ini. Selamat ulang tahun Bu…, Putri selalu sayang Ibu!”
Ya Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Aku hidup bersama putriku yang masih kecil, ia adalah belahan hatiku, aku timang sejak ia lahir, aku menyayanginya, aku bekerja untuk masa depannya, aku ingin membahagiakannya, selalu aku pilihkan yang terbaik, Ya Allah, kini ia telah pergi, aku tak lagi bisa bercanda ria dengannya, aku tak lagi melihat senyum di bibirnya, dan aku tak lagi akan mengantarkannya ke sekolah, aku tak kan lagi membelikannya baju saat hari lebaran tiba, Ya Allah…, karena perasangka burukku seluruh harapanku sirna, semua impiannku telah tiada, tinggal sisa-sisa harapan kepadaMu, Ya Allah, ampunilah salahku, karena perasangka burukku, putri harus tiada, dicekam dinginnya salju senja. Aku tak bisa berbuat apa-apa melainkan kembali kepadaMu Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku, aku selalu mengharap agar kau gantikan yang lebih baik untukku, dan selalu kau tujuki aku jalan yang lurus. Amin. Dengan meledak-ledak ibu menangis, semua telah pergi, tinggal air mata penyesalan yang tersisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar