Rabu, 08 Juni 2011

~* Cinta, Bahagia-Derita..., Awal dan Akhirnya *~

~* Bismillahir-Rahmanir-Rahim *~

Bismillahi minal Awwali wal Akhiri.....
Allaahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad. Allahumma shalli 'alaihi wa sallim wa adzhib hazana qalbiy fin-dunya wal-aakhirah.............


Cinta pada awalnya adalah sebuah rasa ketertarikan yang muncul dari dalam hati terhadap sesuatu yang dipandangnya indah, menarik, menyenangkan dan dianggap dapat memenuhi harapan. Munculnya perasaan seperti ini, bisanya akan diikuti dengan reaksi di mana ia pun akan berusaha membuat dirinya agar dipandang indah, menarik, menyenangkan dan dapat memenuhi harapan bagi sesuatu yang ia cintai, hingga ia akan melakukan apa saja demi yang dicinta, apa pun akibatnya, baik bahagia maupun derita.

Jika hubungan antara yang mencintai dan yang dicintai ini dianggap ada keseimbangan, biasanya akan timbul apa yang disebut keharmonisan. Hubungan seperti ini jika berlangsung semakin lama, maka akan timbul ikatan batin yang semakin erat, bahkan susah untuk dipisah. Kecenderungan rasa cinta seseorang ini akan berbeda tergantung dari pengetahuan yang ia kenal dan kebiasaan ia berhubungan. Seseorang yang hidupnya hanya mengenal, mengetahui dan berhubungan dengan binatang dalam hutan, misalnya, mungkin saja ia akan cinta terhadap salah satu dari hewan yang dianggapnya paling dekat dengannya.

Sebenarnya pengertian cinta itu beraneka ragam, sebagaimana beraneka ragamnya benntuk cinta itu sendiri. Seperti cinta Allah kepada hamba-Nya, dan sebaliknya, cinta orang tua kepada anaknya dan sebaliknya, cinta yang terpadu antara dua pemuda lain jenis, cinta kepada kerabat dan sahabat, cinta seseorang terhadap barang miliknya, dsb.

Dalam sebuah Hadits qudsy, diriwayatkan dari Anas bin Malik, dari Nabi SAW. dari Jibril a.s. dari Tuhan Yang Maha Agung Yang berfirman:

"Barang siapa yang menghina wali-Ku (kekasih-Ku), sesungguhnya ia telah terang-terangan memerangi-Ku. Tidaklah Aku rau-ragu melakukan seperti keraguan-Ku ketika mencabut nyawa hamba-Ku yang beriman. Dia benci kematian dan Aku tidak mau menyakitinya, sedangkan kematian itu pasti ada. Tidak ada sesuatu yang paling Aku sukai yang bisa mendekatkan hamba-Ku dengan-Ku lebih dari melakukan kewajiban yang Aku perintahkan kepadanya. Dan senantiasa mendekati-Ku dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunah sampai Aku mencintainya. Dan barang siapa yang telah Aku cintai, maka Aku akan mendengar, melihat, menolong, dan mendukungnya. (HR Ibnu Dunya, Al Hakim, Ibn Marduwaih, Abu Nua'im dan Ibnu Asakir dari Anas)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Nabi SAW. bersabda, "Jika Allah telah mencintai hamban-Nya, Allah berkata kepada Jibril a.s. 'Wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai Fulan, maka cintailah dia.' Maka Jinbril a.s. pun mencintainya, kemudian menyeru kepada para penduduk langit, 'Sesungguhnya Allah telah mencintai Fulan, maka cintailah dia!' Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian Allah memberikan pengabulan kepadanya di bumi. Dan jika Allah membenci seorang hamba, maka Malaikat Malik berkata, 'Saya tidak menganggapnya kecuali saya membencinya seperti kebencian Allah kepadanya.' " (HR. Muslim, dan At-Turmudzi)

Sabda Rasul SAW.: Diriwayatkan dari Anas bin Malik r.a.: Seorang lelaki bertanya kepada Nabi SAW. perihal hari kiamat, "Kapankah datangnya hari kiamat?" Nabi SAW. bersabda. "Apa yang telah kamu persiapkan untuk hari itu?" laki-laki itu berkata, "Tak ada. Kecuali bahwa aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Nabi SAW. bersabda, "Kamu bersama orang yang kamu cintai." Kami tidak segembira itu ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Nabi SAW. Karena itulah, aku mencintai Nabi SAW., Abu Bakar, dan Umar dan berharap kelak bersama mereka, meskipun perbuatan baikku tidak akan pernah bisa menyamai perbuatan baik mereka. (HR. Bukhari)

Kamu bersama orang yang kamu cintai.., itulah yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. yang mulia, yang perkataannya tak pernah berdusta hingga musuh-musuhnya pun sangat meyakini akan kebenaran setiap kata yang keluar dari lisannya. Seperti hadits yang diriwayatkan dari Sa'ad bin Mu'adz r.a. bahwa ia berkata kepada Umayyah bin Khalaf, "Aku pernah mendengar Muhammad SAW. bersabda bahwa ia akan membunuhmu." Umayyah berkata, "Benarkah ia akan membunuhku?" Sa'ad berkata, "Ya." (Umayyah berkata), "Demi Allah! Jika Muhammad (SAW) mengatakan sesuatu, ia tak pernah berdusta." Maka Allah membunuhnya dalam Perang Badar. (HR. Bukhari)

Jika kita lihat kondisi sekarang, dari kebanyakan anak-anak muda yang sangat mengidolakan dan mencintai artis-artis dari pada Allah dan Rasul-Nya, kita pun sama perihatin. Semoga hal ini tidak berlangsung hingga mereka meregang nyawa, dan kita berharap mereka berubah pada waktunya beralih mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Berbagai Ungkapan Cinta

Cinta sebenarnya bukanlah sekedar sebuah kata atau bahasa, sehingga sulit diartikan dengan kata-kata, karena ia menyagkut rasa atau keadaan yang menyelimuti jiwa. Seperti kalau kita ingin mendefinisikan rasa manis, pahit, asam, indah, nikmat dan sebagainya. Meski kita ingin mencoba mengungkapkan dengan kata, maka yang sampai kepada kita hanyalah bayangan maya. Kita bisa mengetahui apa dan bagaimana cinta itu, jika kita mengalami dan merasakan keadaan dilanda cinta. Setelah kita merasakannya, mungkin akan mengatakan, oh, cinta..., inikah cinta? Meskipun demikian, banyak orang yang mencoba mengungkapkan dan menyimpulkan apa itu cinta, seperti keadaan yang mereka alami dan rasakan.

Abu Ali Ahmad Ar-Rudzambari berkata, "Cinta adalah kesetiaan." Abu Abdullah Al-Qurasyi berkata,"Hakikat cinta jika kamu memberi, maka kamu memberi semua yang kamu miliki kepada orang yang kamu cintai, tanpa tersisa sedikit pun untukmu."

Al-Junaid pernah ditanya tentang cinta, lalu dijawab, "Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintainya." Maksudnya, orang yang mencintai itu selalu memuji-muji yang dicintainya, sehingga orang yang mencintai tenggelam dalam ingatan sifat-sifat yang dicintainya dan melupakan sifat-sifat dirinya sendiri dan perasaannya pada sifat-sifat yang dimilikinya.

Al Junaid berkata, Cinta itu berlebihan dalam kecenderungannya, tanpa berharap sesuatu." Dikatakan pula bahwa cinta itu kegelisahan dalam hati karena jatuh cinta kepada kekasih. Dikatakan, "Cinta itu suatu fitnah (ketidak-tenangan) dalam hati sanubari."

Dalam syair Ahmad bin Atha' dikatakan:

saya telah menancapkan satu tangkai cinta
pada penggemar cinta
namun belum ada satu pun yang tahu sebelumku
apakah cinta itu?
maka tangkai itu berdaun
menumbuhkan beberapa tangkai
membuahkan kasih sayang
lalu buah yang matang dan manis
ini pun berakhir dengan kepahitan
orang-orang yang asyik dimabuk cinta
jika mereka tenggelam dalam cinta
sesungguhnya cinta itu berasal dari kepahitan

Abu Yazid Al-Busthami berkata, "Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan, dan menganggap banyak pemberian kekasih kepadanya, walaupun sedikit." Shahal bin Abdullah berkata, "Cinta itu merangkul ketaatan dan menentang kedurhakaan."

Berkata Harits Al-Muhasibi, “Cinta itu rasa kecenderunganmu kepada sesuatu secara keseluruhan, kemudian kamu lebih mementingkan cinta iu dari pada dirimu, jiwamu atau hartamu, kemudian kesetiaanmu padanya, baik ketika berada di tempat sunyi atau tempat terbuka, kemudian ia memberitahukan kepadamu tentang keteledoran cintamu."

Ada yang mengatakan, "Cinta adalah api dalam hati yang dapat membakar apa saja selain yang dicintainya", Dikatakan pula, "Cinta itu mencurahkan segala kemampuan, sedangkan kekasihnya itu boleh berbuat apa saja yang dia mau." Berkata Ahmad An-Nuri, "Cinta itu membuka tabir dan membuka semua rahasia." Berkata Abu Ya'kub As-Susi, "Tidak benar suau cinta kecuali harus keluar dari penglihatan cinta menuju penglihatan kekasih dengan tidak mengetahui cintanya."

Energi Cinta

Dalam cinta terdapat sebuah energi yang mampu menggerakkan orang yang dilanda cinta ke arah mana cinta itu terpancar. Energi itu bisa bersifat positif atau negatif, tergantung jenis pengaruh cinta yang masuk dalam jiwa. Jiwa yang sedang terkuasai oleh cinta, biasanya akan timbul letupan-letupan yang merupakan obsesi yang memenuhi hatinya, hingga yang dicintai akan selalu teringat, terkenang, terbayang dalam khayalan, pikiran, dan akalnya. Dalam keadaan seperti ini akan timbul pula kreasi reaktif emosi dan rasionya untuk memuaskan dirinya agar ia bisa dengan sempurna menjadi kekasih dia yang ia cintai dan dia yang dicintai menjadi kekasih dirinya. Kreasi-kreasi itu akan sangat banyak bentuknya, baik yang keluar melalui lisan maupun sikap. Hal inilah yang akan menjadi daya dorong yang kuat bagi orang yang dilanda cinta, melakukan aktivitas dengan penuh optimis yang dalam taraf tertentu akan keluar dari pertimbangan rasio dirinya.

Dalam kitab Risalah Al-Qusyairiyah, Abul Qosim Abdul Karim Hawazin Al Qusyairi An Nasaburi menulis, bahwa Abu Bakar Muhammad Al-Kattani berkata, "Pernah terjadi dialog cinta di Makkah Al-Mukarramah di waktu musim haji. Para syaikh (guru besar) menyampaikan pendapatnya, sedang Al-Junaid pada saat itu ia adalah yang paling muda usianya. Mereka berkat kepada Al-Junaid, 'Sampaikanlah pendapatmu wahai orang Irak.' Maka Al-Junaid menundukkan kepalanya, maka kedua matanya mencucurkan air mata, kemudian berkata, 'Seorang hamba yang telah meninggalkan dirinya untuk mengingat Tuhannya, berdiri menunaikan hak-hak Tuhannya, memandang-Nya dengan mata hatinya sampai hatinya membakar identitas dirinya, meminum kejernihan minuman dari gelas cintanya, sehingga tersingkaplah tabir Tuhan Yang Maha Perkasa dari kegaiban-Nya. Jika hamba ini berbicara, maka ia berbicara dengan nama Allah. Jika bergerak, maka itu karena perintah Allah. Jika diam, maka ia selalu bersama Allah. Dia selalu dengan nama Allah dan untuk Allah serta selalu bersama Allah.' Maka menangislah para syaikh seraya mengatakan, 'Tiada ucapan yang lebih baik dari ucapanmu, semoga Allah memberikan mahkota kepada orang-orang arif.'"

Di atas adalah gambaran seorang arif Al-Junaidi yang jiwanya dikuasai oleh cinta kepada Tuhannya, hingga energi cinta itu mempengaruhi seluruh susunan sarafnya yang mendorong keluarnya air mata, yang menguasai seluruh emosi dan rasionya, hingga bicara, sikap, gerak dan diamnya tidak lepas dari unsur cinta kepada kekasih yang ia cinta,Tuhan Yang Maha Kuasa.

Enegi yang terpancar dari cinta inilah yang banyak mendorong dan melahirkan manusia-manusia kuat, cerdas, ilmuwan, filosof, sastrawan, seniman, teknokrat, negarawan dan orang-orang ternama lainnya. Enegi ini dapat mengangkat derajat manusia ke tempat yang paling tinggi dan energi ini pulalah yang dapat menjerumuskan derajat manusia ke tempat yang paling hina. Sehingga energi ini pula yang mendorong dan melahirkan manusia-manusia bejad, hina, jahat dan terkutuk lainnya. Cinta bagaikan air katalisator yang jernih dan suci. Air ini akan menjadi berubah rasa maupun warnanya, menjadi madu atau pun racun, tergantung manusia yang mencampurinya. Manusia yang baik jika ia mencintai kebaikan, maka akan bertambah kuat kebaikannya. Begitu pula manusia jahat jika ia mencintai kejahatan, maka akan bertambah kuat kejahatannya.

Hati yang telah dipenuhi cinta, pengaruhnya akan menyebar ke seluruh relung-relung jiwa, hingga tak satu pun rongga-rongganya sudi dimasuki oleh unsur-unsur lain selain unsur kekasih yang ia cinta. Semua hancur dan hangus terbakar, termasuk unsur dirinya. Tak ada lagi wujud, selain wujud kekasih yang ia cinta. Tak ada lagi waktu, ruang, rasa, pikiran, logika, harapan, kata, kalimat, penglihatan, pendengaran dan seluruh unsur kehidupan tak sedikit pun tersisa untuk dirinya, kecuali telah diserahkan semua dan menjadi milik kekasih yang ia cinta. Begitulah cinta bahagia dan deritanya tiada tara, dari awal hingga akhirnya. Cinta, oh.... cinta.


Wallahu a'lam bish-shawab.

1 komentar:

  1. Cinta tertinggi hanyalah UntukNya...
    Allah tujuan ku
    Rasullullah teladan ku
    Al Qur'an pedoman hidup ku
    Jihad adalah jalan ku
    Mati syahid dijalanNya cita2 ku tertinggi

    BalasHapus