Senin, 11 Juni 2012

~* Mengekang Hawa Nafsu *~

 ~* bismillahirahmanirahhim *~

Semua manusia hidup dengan sederet naluri dan nafsu. Berbagai naluri dan nafsu ini berperan vital dalam kehidupan manusia. Namun demikian berbagai naluri dan nafsu ini mesti di tundukkan di bawah kendali akal, ketaqwaan, dan pegendalian diri.
Imam Ali berkata : “ iffah (menjaga diri/ megendalikan diri) dapat melemahkan syahwat.”
Di antara tema yang menonjol di dalam islam bagaimana menjinakkan hawa nafsu, syahwat, naluri yang terdapat dalam tubuh manusia. Terlebih lagi puncak hawa nafsu itu terletak pada masa muda, karena masa muda adalah masa kritis yang di mana di masa muda tersebut adalah puncak dari syahwat. Watak hawa nafsu,syahwat, naluri bisa dilatih untuk menjadi cerdas dan jinak, sebagaimana ia juga bisa di biarkan dalam keadaan liar dan buas. Jika nafsu telah di jinakkan dan di cerdaskan, maka akal akan memegang kendali dan menyempurnakan prikemanusian seseorang.

Sebaliknya, jika nafsu dibiarkan tak terkendali dan liar, maka ia akan mengendalikan jiwa dan menyempunarkan sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam manusia. Dua keadaan itu sepenuhnya di tentukan oleh manusia itu sendiri, semakin sering seseorang menuruti hawa nafsunya, maka semakin liar dan semakin dominan hawa nafsu itu dalam dirinya. Akan tetapi, jika seseorang selalu melakukan tekanan dan latihan pada hawa nafsunya, maka lambat laun ia akan melemah dan mudah menuruti kehendak akal.
Imam Ali berkata : “barang siapa yang akalnya bisa mengalahkan syahwatnya, maka ia akan menjadi lebih mulia dari pada malikat. Dan barang siapa yang syahwatnya mengalahkan akalnya, maka ia akan lebih hina dari pada hewan.”

Sebagian pemuda di dunia yang akalnya telah di kalahkan oleh syahwatnya, maka ia akan menjadi budak dari hawa nafsu. Akan tetapi jika pemuda yang akalnya mengalahkan syahwatnya, maka ia telah memperbudak hawa nafsunya. Semua manusia bertaqwa ataupun tidak, muda, tua, laki-laki, perempuan semuanya sama-sama memiliki nafsu dan syahwat, hanya saja manusia yang bertaqwa secara aktif berupaya menguasai dan mengatur hawa nafsunya. Sebaliknya orang yang tidak bertaqwa secara pasif di kuasai dan di atur oleh syahwat dan hawa nafsunya. Namun dalam kondisi yang manapun manusia tetap memiliki kemampuan dan daya untuk berikhtiar (memilih) melakukan pendidikan dan pencerdasan nafsu dengan mengabaikan sebagai tuntutannya.

Rasulullah SAW bersabda : “ dengan rutinya menjalankan kebaikan, berarti membenci kejelekan.”
Peran taqwa dan pengendalian diri adalah pengekang hawa nafsu, melemah-lembutkan nafsu dan menjinakkan syahwat. Ketaqwaan dan pegendalian diri adalah dua faktor yang seharusnya menguasai syahwat dan naluri manusia sejauh mungkin, sehingga nafsu dapat di kendalikan dan di jinakkan.
Pada intinya keberadaan fase taqwa dan pengendalian adalah dua metode yang sangat berpengaruh dalam jiwa manusia, karena ia tidak hanya mampu mencegah orang dari kefasikan, kekafiran, dan kemaksiatan. Namun juga menanamkan rasa benci terhadap semua itu. Ini adalah terapi untuk semua orang, khususnya untuk kalangan pemuda yang “ terlanjur” menjadi budak hawa nafsu.

Penulis:Muhmmad bin umar alhabsyi

 Date : 11 Juni 2012 ( Senin )
Time  :  16: 51 Wita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar