Sabtu, 12 Mei 2012

~* Matahari dan Bulan Mengelilingi Bumi Menurut Al-Qur'an *~

~* Bismillahirahmanirahim*~

"Apakah Al-Qur'an mengajarkan bahwa tata surya itu geosentris ?" wajar di pertanyakan mengingat banyaknya ayat di dalam Al-Qur'an bahwa matahari, bulan, dan bintang "beredar", tetapi sepertinya tidak ada satupun ayat yang mengatakan dengan jelas bahwa bumi beredar. Jadi, apakah Al-Qur'an menyatakan bahwa tata surya kita itu geosentris, dimana bumi menjadi pusatnya dan matahari, bulan, dan benda langit lainnya mengelilingi bumi? Sementara ilmu pengetahuan saat ini menyatakan bahwa bumi mengelilingi matahari, dan matahari pun beredar bersama-sama galaksi. Manakah yang harus lebih kita percayai, wahyu ataukah ilmu?
Terlebih lagi Al-Quran diturunkan pada masa dimana mayoritas penduduk dunia menganggap bahwa bumi itu tetap, diam, tak bergerak dan matahari serta bulan beredar mengelilingi bumi ke atas dan ke bawah bumi,karena seperti itulah yang terlihat dan dirasakan oleh orang-orang di bumi. Pernyataan bahwa bumi bergerak mengelilingi matahari pada saat diturunkannya Al-Qur’an, tentu saja akan menimbulkan bahan olok-olokan terhadap Islam, dan bahkan kecaman dari beberapa kalangan ahli kitab.

"Bumi bergerak? Apakah kau merasa bumi ini bergerak? Ide yang bodoh. Jelas-jelas kita melihat matahari terbit di timur, bergerak ke atas dan tenggalam di barat, setelah itu bulan muncul seperti halnya matahari", mungkin seperti itulah tanggapan orang-orang terdahulu tentang ide heliosentris ataupun ide bahwa bumi, bulan, bintang, dan bahkan matahari bergerak di orbitnya masing-masing dan bahwa bumi mengelilingi matahari.
Muslim percaya dan tidak membantah bahwa Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang Maha Sempurna, yang karenanya, isinya tidak perlu dipertanyakan lagi kebenarannya. Di sisi lain, setiap muslim pun percaya bahwa Al-Qur’an diturunkan Allah dengan ilmu, menjelaskan dan membenarkan tanda-tanda Allah yang tersebar di alam. Jadi, bagi muslim, hanya ada dua kemungkinan, Al-Qur’an membenarkan bahkan mendahului ilmu pengetahuan, ataukah ilmu pengetahuan yang salah.
Sekarang mari kita lihat, benarkah Al-Qur'an menyatakan bumi itu pusat tata surya? Berikut adalah salah satu ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan :
[36:37] Dan suatu tanda bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan.
[36:38] dan matahari berjalan ditempat peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui
[36:39] Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua
[36:40] Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya
Dari surah Yaasiin ayat 37-40 di atas, dapat diambil kesimpulan :
  1. Allah menggunakan bahasa menanggalkan siang dari malam, menandakan bahwa sesungguhnya alam semesta itu didominasi oleh malam (gelap), dan siang itu adalah sesuatu yang "ditempelkan" kepada kegelapan (malam) itu. Menanggalkan pigura dari tembok, berarti yang dominan adalah temboknya dimana piguranya sebelumnya ditempelkan di tembok.
  2. Matahari pun berrevolusi (berjalan) mengitari orbitnya sendiri, mengitari pusat dari galaksi, menuju "tempat peristirahatannya". "Limustaqarrin Laha" yang diartikan tempat peredarannya berarti pula "keadaan stabil/tetap" atau "tempat peristirahatannya". Garis edar sendiri bahasa arabnya adalah "falak". Ayat ini ingin menunjukkan bahwa matahari beradar "sampai waktu yang ditentukan, ketika telah sampai ke tempat peristirahatannya atau dalam kondisi stabil/tidak bergerak lagi".
  3. Penetapan manzilah-manzilah bagi bulan, hanya dapat dilakukan apabila bumi juga berotasi dan bulan juga mengelilingi bumi, akan dipaparkan di bawah insya Allah.
  4. Orbit (falakin) yang berbeda antara matahari dan bulan (masing-masing), bukan orbit yang sama seperti yang dipercaya oleh penganut geo-centris (bumi sebagai pusat alam semesta). Dalam paham geocentris, matahari dan bulan memiliki garis edar yang sama akan tetapi di sisi yang berlawanan.
  5. Garis edar matahari dan bulan tidak terkait dengan pergantian siang dan malam, sehingga Allah menyatakan dua hal sebagai penegasan "Tidak mungkin matahari mendapatkan bulan" karena masing2 memiliki garis edar yang berbeda, matahari mengelilingi galaksi, bulan mengelilingi bumi, dan "malam tidak dapat mendahului siang", karena bumi berbentuk bulat dan berputar. Matahari dan bulan mungkin saja sejajar, tetapi tetap "matahari tidak mungkin mendapatkan bulan".
Dalam kaitannya dengan pernyataan peredaran matahari dan bulan, Allah selalu menyertakan malam dan siang bisa jadi dengan maksud (wallahu a'lam) :
  1. Agar peredaran matahari dan bulan tidak disamakan dengan pergantian siang dan malam, karena matahari beredar tidak mengelilingi bumi, akan tetapi sebaliknya bumi yang mengelilingi matahari, sehingga penyertaan siang dan malam itu sebagai penegasan bahwa "peredaran matahari dan bulan" dan "pergantian siang dan malam" adalah dua hal yang berbeda.
  2. Penggunaan kata "malam dan siang" (laila wan nahaar), dimana kata "malam" selalu disebutkan lebih dulu daripada "siang", menandakan bahwa malam lebih dulu diciptakan daripada siang, sebagaimana matahari diciptakan terlebih dahulu daripada bulan, menurut Al-Qur'an, karena kata "matahari" selalu disebut lebih dahulu daripada "bulan".
  3. Selain itu penggunaan kalimat "malam dan siang", bukannya "siang dan malam", agar tidak dapat dipasangkan secara urutan sehingga semakin jelas bahwa "peredaran matahari dan bulan" berbeda dengan "pergantian malam dan siang", karena matahari yang selalu lebih dulu disebut daripada bulan, hal ini berbeda dengan malam (yang berasosiasi dengan bulan/gelap) yang disebut lebih dulu daripada siang (yang berasosiasi dengan matahari/terang).
  4. Ayat-ayat lain yang menyebutkan mengenai beredarnya matahari dan bulan, yang dapat kita lihat selalu pula disebutkan "malam" dan "siang", agar "peredaran matahari dan bulan" dan "malam dan siang" dapat dibedakan sebagai dua hal yang berbeda adalah Q.S 14:33, 21:33, 31:29, 35:13, dan 39:5 .
Sekarang kita lihat di ayat yang lain :
[13:2] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.
"masing-masing beredar" adalah terjemahan dari "wa kullun yajri". Lihat penggunaan kata "kullun" disini, yang berarti "semua" (indefinite jamak/tidak dapat dihitung). Perhatikan bagaimana Al-Qur'an tidak menggunakan kata "kilaahuma" (dua-duanya/bentuk dual) akan tetapi menggunakan bentuk indefinitite "kullun". Al-Qur'an ingin mengatakan bukan hanya matahari dan bulan yang beredar, tapi semua yang ada di alam semesta, dilangit, itu beredar. Matahari, bumi, bulan, planet-planet dan bintang-bintang semuanya beredar.Kata "kullun" ini dipakai di semua ayat yang menyatakan peredaran matahari dan bulan seperti di surah Yaasiin (36) ayat 40 diatas, diikuti pula kata benda/sifat/keterangan bentuk jamak ataupun indefinite, bukan bentuk dualnya, seperti kata "musamman" yang berarti "ditentukan" merupakan bentuk indefinite.
Rotasi dan Revolusi Bumi dalam Al-Qur'an
Mengenai pernyataan Al-Qur’an tentang apakah bumi berotasi dan berevolusi, atau dengan kata lain bergerak, marilah kita lihat surah Luqman ayat 29, dimana Allah berfirman :
[31:29] Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Perhatikan kata-kata “memasukkan (yuuliju)” malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam menandakan bahwa bumi berotasi. Sebagian bagian bumi yang mengalami siang "dimasukkan" ke daerah yang membelakangi matahari sehingga mengalami malam dan demikian pula sebaliknya. Itu sebabnya Al-Qur'an menggunakan kata "memasukkan (yuuliju)" untuk mendiskripsikan pergantian siang dan malam.
Di surah an-Naml ayat 88 Allah berfirman :
[27:88] Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Salah satu keajaiban Al-Qur'an adalah sejak 15 abad yang lalu menyatakan bahwa gunung-gunung itu tidaklah diam, akan tetapi bergerak. Gunung-gunung yang dihasilkan oleh lempeng-lempeng bumi, dimana lempeng-lempeng itu terus bergerak. sesuatu yang baru dapat dibuktikan berabad-abad setelah turunnya Al-Qur'an. Hal lainnya adalah dengan menyatakan "sebagaimana jalannya awan".
Awan, di ketinggian tertentu dari permukaan bumi, selalu bergerak dari barat ke timur, dikarenakan karena rotasi bumi yang juga dari barat ke timur. Maka ayat ini juga menerangkan bahwa bumi bergerak dan arah pergerakannya (rotasi) adalah yang "sebagaimana jalannya awan".
Sekarang mari kita lihat surah Al-Furqaan ayat 45 berikut :
[25:45] Apakah kamu tidak memperhatikan (penciptaan) Tuhanmu, bagaimana Dia memanjangkan (dan memendekkan) bayang-bayang dan kalau Dia menghendaki niscaya Dia menjadikan tetap bayang-bayang itu, kemudian Kami jadikan matahari sebagai petunjuk atas bayang-bayang itu
[25:46] kemudian Kami menarik bayang-bayang itu kepada kami dengan tarikan yang perlahan-lahan.
Perhatikan kalimat "Kami jadikan matahari sebagai petunjuk". Sesuatu yang dijadikan sebagai petunjuk/patokan adalah sesuatu tetap relativ terhadap objek yang dimaksud. Jika seseorang berkata "Kamu pergilah kesana, petunjuk bahwa kamu sudah sampai adalah kamu melihat ada pohon jambu yang besar disamping rumah berwarna merah" disini "pohon jambu yang besar disamping rumah berwarna merah" adalah petunjuk, sesuatu yang secara relatif diam terhadap orangnya. Atau jika seseorang mengatakan "Mobil berkecepatan 100 km/jam" berarti mengacu terhadap sesuatu yang secara relatif diam terhadap mobil tersebut.
Lihatlah bagaimana Allah melakukan pemilihan kata, agar menjadi suatu kalimat yang diterima pada masa itu, diterima pula pada masa sekarang, dan tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan, karena sesungguhnya segala ilmu datangnya dari Allah.
"Dan kalau Allah menghendaki niscaya dia menjadikan tetap bayang-bayang itu ... kemudian kami menarik bayang-bayang itu kepada kami sedikit demi sedikit". Posisi bumi dalam mengitari matahari mengikuti orbit yang elips dengan posisi tidak tegak lurus terhadap matahari. Ayat ini mengindikasikan pula bahwa bumi berrevolusi terhadap matahari dengan posisi yang tidak tegak lurus dan tetap, sehingga ada kalanya bayang-bayang di jam yang sama menjadi lebih pendek atau lebih panjang, tergantung pada musim yang terjadi. Kalau Allah menghendaki, Allah menjadikan bayang-bayang itu tetap panjangnya di jam yang sama, akan tetapi Allah menghendaki lain.
Di dalam surah An-Naba' (78) ayat 6, Allah berfirman :
[78:6] Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan ?
Hamparan disini adalah terjemahan dari "mihaadan" dimana arti kata "mihaadan" ini adalah "tempat beristirahat" atau "ayunan/buaian (craddle)" (dalam bentuk indefinite), dari akar kata "al-mahd". Di terjemahkan sebagai "hamparan" kemungkinan dengan mengambil akar kata "madaad" yang dipakai di ayat lain dengan arti "hamparan". Penggunaan kata mihaadan sebagai "tempat beristirahat" dapat dilihat di ayat lain di dalam AL-QUr'an yaitu di dalam Q.S 7:41, 13:18, 38:56, 3:197. 3:12, dan 2:206.
Yang menarik adalah penggunakan "mihaadan" dengan artian ayunan/buaian, dimana kata yang sejenis digunakan di dalam surah Maryam ayat 29 :
[19:29] maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"
Disini Al-Qur'an menggunakan mihaadan dalam bentuk tunggalnya yang di artikan ayunan atau buaian. Buaian atau ayunan untuk anak bayi biasanya di buat bergoyang ke kiri dan ke kanan, sehingga sang bayi pun merasa nyaman dan tertidur. Demikianlah Al-Qur'an mendeskripsikan bumi seolah-olah berada dalam ayunan/buaian, sehingga surah An-Naba' ayat 78 dapat di terjemahkan "Bukankah kami telah menjadikan bumi itu seperti ayunan/buaian ?"
Fakta ilmu pengetahuan mengatakan bahwa dalam perputaran bumi mengelilingi sumbunya dan matahari tidak tegak lurus melainkan miring dan tidak tetap, bergerak kadang menjauhi kadang mendekati sumbu tegak lurus orbitnya. Fakta yang baru-baru saja diketahui ini sudah disebutkan di dalam Al-Qur'an 15 abad yang lalu.
Bahkan di ayat selanjutnya Allah menyatakan dalam Al-Qur'an :
[78:7] dan gunung-gunung sebagai pasak ?
Di sini Allah menyatakan bahwa gunung-gunung di jadikan di bumi sebagai dan seperti pasak. Tentunya timbul pertanyaan, apa tujuannya Allah menjadikan gunung sebagai pasak? Mengenai hal ini Allah menjelaskan di ayat yang lain :
[16:15] Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu ...
[31:10] Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu ...
Jadi salah satu fungsi dijadikan gunung-gunung di bumi adalah sebagai penyeimbang, menstabilkan rotasi bumi, yang bersama-sama dengan gravitasi bumi, mengakibatkan goyangan akibat rotasi bumi tidak dirasakan oleh manusia, sehingga manusia di bumi tetap merasakan bahwa bumi itu "datar" dan "diam", tidak ikut menggoyangkan manusia yang hidup di permukaannya. Demikianlah ketetapan Allah, Tuhan semesta alam.
Hal lain yang dikatakan Al-Qur'an adalah mengenai peredaran bulan, seperti yang difirmankan Allah dalam surah Yaasiin ayat 36 di atas :
[36:39] Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua
" 'urjuuni" disini di artikan sebagai "tandan" dimana arti sebenarnya adalah "batang pohon kurma". Penterjemahan kata-perkata dari ayat di atas adalah "dan bulan telah kami tetapkan baginya fasa-fasa sampai dia kembali lagi (berulang-ulang), seperti halnya batang pohon kurma yang tua (kal 'urjuuni al qadiimi)".
Pernyataan Al-Qur'an mengenai "kal 'urjuuni al qadiimi" disini patut di cermati, karena orbit bulan, baik dalam paham geosentris maupun heliosentris harusnya adalah berbentuk lingkaran atau elips, tetapi di sini dijelaskan bahwa bagi bulan sudah di tetapkan fasa-fasa (bulan mati, bulan baru, bulan sabit, purnama) dan terus berulang, seperti halnya batang pohon kurma yang tua.
Gambar di bawah akan menjelaskan, betapa ayat ini tidak hanya membuktikan bahwa bumi dan bulan berotasi, akan tetapi bumi yang diiringi oleh bulan pun berrevolusi mengelilingi matahari. 
[55:17] Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari (dua timur) dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya (dua barat)
Surah Ar-Rahmaan ayat 17 di atas menyatakan bahwa Allah menjadikan bumi memiliki dua tempat terbit matahari (masyariqyain) dan dua tempat terbenam matahari (magharibayain). Masyariqyain dan magharibyain juga dapat diartikan sebagai “dua timur” dan “dua barat”.
Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, bahwa adanya banyak barat dan banyaknya timur menandakan bahwa bumi itu bulat, ayat ini lebih spesifik menyatakan bahwa bumi dalam melakukan rotasi (yang menyebabkan matahari terbit dan terbenam , seperti “yang terlihat” dari bumi) tidak tegak lurus, melainkan condong atau miring dari sumbu tegak lurus. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa bumi berotasi dalam sudut 23,5 derajat dari sumbu tegak lurus, kadang bagian utara bumi mendekati matahari, kadang bagian selatan bumi yang mendekati matahari (seiring dengan perubahan musim, dinyatakan secara tersirat dengan bentuk dual dari masyriq dan maghrib bahwa bumi kecondongan bumi terhadap matahari untuk suatu tempat kadang mendekati dan menjauhi matahari). Hal ini membuat titik terbit dan terbenam matahari selalu berbeda-beda bagi orang-orang yang berada di utara dan selatan ekuatorial (khatulistiwa), terutama pada musim yang berbeda dan selalu tetap bagi orang berada di sekitar daerah ekuatorial.
Jadi, Al-Qur'an menggunakan gaya bahasa dan perumpamaan yang dapat diterima oleh orang-orang pada masanya, akan tetapi sejalan dengan ilmu pengetahuan dan akan dapat dibuktikan kebenarannya yang tersirat berabad-abad setelah Al-Qur'an diturunkan.
Surah Asy-Syams ayat 1 dan 2 menyatakan geo-sentris ?
"Tunggu dulu, bagaimana dengan Asy-Syams ayat 1-2 ?", sebagian orang mungkin menanyakan hal tersebut. "Bukankah jelas-jelas dikatakan bahwa bulan mengiringi matahari? berarti matahari beredar yang diikuti dengan bulan, yang berarti mendukung dan menyatakan mengenai geosentris ?"
Menjawab pertanyaan ini, mari kita lihat surah Asy-Syams ayat 1-2 :
[91:1] Demi matahari dan cahayanya di pagi hari,
[91:2] dan bulan apabila mengiringinya,
Dari kedua ayat tersebut dapat dijelaskan :
  1. Sekali lagi ditegaskan bahwa tidak disebutkan bahwa yang dikelilingi adalah bumi, bahkan tidak ada kata-kata mengelilingi ataupun bumi dalam kedua ayat ini. Sebagai ayat yang diturunkan 15 abad yang lalu, kedua ayat ini tampak masuk akal, karena sebetulnya itulah yang terlihat dari bumi. Bulan mengiringi matahari setelah datangnya malam. Namun itu adalah arti yang tersurat, yang dapat diterima orang 15 abad yang lalu.
  2. Kata "mengiringi" adalah terjemahan dari "talaha" dengan asal kata "tala" yang berarti "mengikuti", atau "bergantung pada". Juga memiliki akar kata "tala" (ta lam waw) yang merarti "membaca dan memperdengarkannya (recite)", dimana kata ini digunakan tidak kurang dari 60 kali dalam Al-Qur'an.
  3. Bulan adalah sesuatu yang "mengikuti" matahari. Sedangkan jika kita lihat di ayat lain dijelaskan bahwa orbit bulan berbeda dengan matahari, dan orbit bulan berbentuk seperti batang kurma yang tua, dimana bulan bersama-sama dengan bumi mengelilingi matahari. Ayat ini ternyata mengandung kebenaran ilmiah, dimana dibuktikan dengan ilmu pengetahuan saat ini yang menyebutkan bahwa bulan cenderung "mengikuti" matahari dikarenakan gaya tarik matahari, seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
  4. Diketahui saat ini bahwa bulan sebenarnya ber-"talaha" yaitu "membaca" sinar matahari dan "memperdengarkannya" kepada bumi, Cahaya yang dimiliki bulan merupakan pantulan dari cahaya matahari. Itulah juga yang menyebabkan Al-Qur'an mengatakan bahwa matahari "bersinar (dhiyaan)" dan bulan "bercahaya (nuur)", karena "bersinar" berarti memiliki sumber cahaya sendiri, sedangkan "bercahaya" bergantung pada objek lain yang memiliki sinar. 
[10:5] Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya
Sebagai tambahan : bahkan Al-Qur'an pun tidak menyatakan mengenai paham heliosentris murni (matahari sebagai pusat alam semesta). Al-Qur'an membenarkan bulan mengelilingi bumi, dan bumi mengelilingi matahari, akan tetapi juga menyatakan matahari dan benda-benda langit lainnya pun "beredar" di orbitnya masing-masing, sehingga matahari mungkin pusat tata surya, akan tetapi tentu saja matahari bukanlah pusat alam semesta, wallahu a'lam.
[35:41] Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap (tazula); dan sungguh jika keduanya akan lenyap (zalata) tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
"Tazula" atau "zalata" memiliki asal kata "zala" yang artinya "menyimpang dari keadaan bergerak" atau "berhenti dari keadaan bergerak", menandakan bahwa sesungguhnya langit (matahari, planet, bulan, bintang) dan bumi, pun bergerak sesuai dengan orbit yang ditentukan masing-masing oleh Allah.
Kalaupun ada ayat-ayat di dalam Al-Qur'an yang menyatakan matahari terbit dari timur (dalam kisah nabi Ibrahim menghadapi orang-orang kafir, Q.S 2:258), atau tempat terbenamnya matahari serta melihat matahari terbenam (dalam kisah zulkarnain, Q.S 18:86), Al-Qur'an menggambarkan bahwa itulah yang dirasakan oleh orang-orang yang menjadi objek pengisahan itu (dalam hal ini nabi Ibrahim dan Zulkarnain), dan bahkan itulah yang dirasakan semua orang dibumi, "matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat", akan tetapi tidak menyatakan bahwa matahari mengelilingi bumi. Bukankah kita di sekolah di ajarkan, "matahari terbit ditimur dan tenggelam di barat" ? Istilah "matahari terbit" atau "matahari terbenam" pun kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, walaupun kita tahu (dan telah diajarkan) bahwa sebetulnya bumi yang berotasilah yg menyebabkan hal tersebut.
Sekali lagi perumpamaan-perumpamaan dibuat oleh Allah agar manusia mau berpikir, karena potensi terbesar yang diberikan kepada manusia adalah akal pikiran untuk dapat memahami tanda-tanda keberadaan dan kekuasaan Allah.
[29:43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.
Maha benar Allah dengan segala firman-Nya
(dari berbagai sumber)
Narrated Abu Huraira:
I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet .
(Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)
untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/
panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp


date : 12 Mei 2012
time : 10:55 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar